Dengan berlari agak panik karena menyadari terlambat pulang, apalagi matahari sudah tenggelam sejak tigapuluh menit yang lalu?,..
Pemuda sakti setengah dewa namun nyatanya takut terhadap isteri tersebut sedang menghapalkan sebuah kalimat alasan, kenapa tadi terlalu lama terlibat kegiatan membantu pembongkaran muatan kapal.Akhirnya sampai juga dia di dekat rumah pantau bawah dan menjumpai kedua isterinya kembar berdua terlihat sudah berganti dengan baju rumahan,..
Tetapi malah sedang terlihat asyik mendengarkan bibi Sukanda yang bercerita entah topiknya apa di teras depan rumah bawah.
Namun si pemuda yang sebelumnya diliputi kegugupan, segera merasa lega demi tidak mendapat adanya tanda bakal menerima omelan sedikitpun.Lalu dengan agak kikuk, namun sebagaimana memang instruksi para isterinya jika mereka sedang berada di dekat orang lain tetapi terhitung adalah orang sendiri,..
Dimana dia diwajibkan melakukan hal ini?,..Maka,..
Meski merasa sungkan kepada si bibi, pemuda itu mendekat kearah isterinya dan :"cuppss,.."
"cuppss,.."
Demikianlah dia membagi satu kecupan pipi secara adil kepada kedua isterinya yang memang terhitung paling manja namun juga sekaligus paling galak,..
Dimana salah satunya malah berkata, disusul oleh duplikatnya :"sebentar ya suamiku,.. kami melanjutkan ngobrol dengan bibi,.."
"iya,.. mandilah dahulu,.. nanti adik berdua menyusul sambil membawa makan malam,.."
"baik,.."
Setelah menjawab singkat, Waseso tersenyum lega lalu bergegas naik ke rumah atas dan melakukan yang dikatakan oleh dua isterinya tadi.
Selesai mandi, dia mengenakan jubah kedodoran mirip daster ciptaan Ni Luh yang adalah merupakan seragamnya apabila sedang bersantai dengan para isteri.
"wuiihhh,.. mereka belum pulang juga?,.. kok tumben,.."
Tentu saja dia membatin demikian karena dirinya merasa mandinya tadi cukup lama, yaitu hampir tiga perempat jam karena ada beberapa bagian tubuh yang perlu dia bersihkan lebih detail dengan memakai batu apung.
Dan ketika dia hendak membuka pintu untuk melangkah keluar, di dengarnya langkah kedua isteri kembarnya datang mendekat dari arah halaman.
Maka sekalian saja dia membukakan pintu bagi mereka yang masing-masing nampak membawa bakul nasi dan piring berisi sayur :"ngobrol dengan bibi sepertinya asyik,.. ada topik apakah isteriku?,.."
"ada obrolan penting,.."
"urusan wanita,.."
"owhhh,.."
Tanpa menaruh curiga, Waseso hanya mengeluarkan suara pendek dan bermaksud membuntuti jalannya mereka.
Tetapi ketika dia melihat tubuh bibi Sukanda datang mendekat dengan membawa piring kosong di tangan kiri, serta piring berisi lauk pada tangan kanan?,..
Oleh sebab itu si pemuda menahan pintu tersebut tetap terbuka :"apakah bisa saya bantu bibi?,.."
Dengan mengulas senyum, bibinya menjawab :
"nggak usah nak Waseso,.. ini sudah terakhir kok,.."
Kemudian diapun mengekor jalannya si bibi, lalu duduk di kursi pada posisi kepala meja dimana Midya dan Widya menyusul, masing-masing di sebelah kanan dan kiri.
Setelah bibi keluar, akhirnya mereka bertiga makan malam sambil kedua isterinya bergantian bercerita bagaimana beruntungnya mereka diberi hadiah sebuah kapal layar :“menurut kami berdua juga adik Kinda,.. kapal itu adalah milik lelaki yang telah menyengsarakan kak Fahira,.. karena selain terdapat huruf-huruf Persia,..”
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
FanfictionSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...