17. PRIA SEJATI 5 & 6

61 4 4
                                    

Merasa sudah cukup kenyang sehabis memakan empat buah pisang, Trisna kembali bertanya :

"kak,.. jika dengar ceritamu tadi,.. berarti pemuda pasanganmu itu tenaga saktinya bakalan selalu terus bertambah setiap tiga bulan ya?,.."

"dia bukan lagi pasanganku,.. bukan lagi kang Sembara dan telah berubah menjadi iblis,.. hihihi,.. sebenarnya,.. aku juga bukan lagi Juwita yang dulu,.. hihihi,.. yaa,.. selama dia memangsa korban, dia akan selalu bertambah sakti,.. Padahal seingatku, pertempuran kami terakhir sekitar enam bulan lalu, kekuatan kami masih seimbang,.. hmmm,.. pasti empat kunyuk itu biang keladinya,.. brengsekkk,.."

"lalu,.. apakah Sembilan Iblis Sesat itu sudah mulai melakukan pergerakan?,.."

Sebelum menyebut nama tokoh tersebut, sebenarnya bulu kuduk Trisna sempat meremang,..
Karena sebagai orang dunia persilatan tentu saja dia pernah mendengar nama besar mereka, yang bahkan kakek guru padepokan mereka saja jerih terhadap salah satunya.
Apalagi alasan pelarian dirinya dan sang suami kala itu adalah atas perintah ayahnya, hanya dikarenakan adanya laporan keberadaan tokoh yang barusan disebut dan konon sedang menuju ke padepokan milik sang ayah.

Makanya ketika dia mendengar cerita dari Juwita, bahwa sembilan tokoh yang konon telah mengasingkan diri tersebut malahan turun gunung bahkan sudah tunduk dibawah perintah si pemuda iblis?,..
Dia semakin sulit membayangkan, bagaimana jadinya dunia persilatan kedepannya.

"kalau berdasarkan agenda terakhir, semestinya mereka sudah mulai bekerja,.. karena saat ini partai tapal kuda ungu telah mulai membuka jalan dan kurasa sudah akan menguasai kekaisaran negeri ini,.. makanya,.. menurutku ini adalah kesempatan terakhir bagiku, sebelum iblis itu semakin bertambah kuat lagi,.. sepertinya tidak ada satupun kekuatan manusia, yang bakalan mampu menandinginya jika dia telah mencapai titik kesempurnaan,.."

Mendengar perkataan Juwita barusan, hati Trisna semakin bergidik ngeri,..
Disatu sisi menyayangkan kondisi si nona peri yang jelas menunjukkan nafsu besar tenaga kurang, dibuktikan dengan keadaan luka dalam yang dia derita saat ini.

***

"ampunkan hamba tuan Perwira,.. anak-anak buah kita,.. tidak ada satupun yang berani memasuki rumah ini untuk melakukan pemeriksaan,.."

Demikian laporan seorang komandan kepada sosok yang baru saja tiba mendekat dengan menunggang seekor kuda.
Lelaki yang menerima laporan tersebut berbadan tegap,..
Bermuka sangar serta berusia sekitar empatpuluhan tahun, yang mengenakan seragam prajurit khusus istana Gunumlatar dan dipanggil perwira.
Dia ini tidak langsung bereaksi menerima perkataan atau laporan anak buahnya, yang sebenarnya termasuk komandan regu dan sedang kebagian tugas melakukan pemeriksaan ataupun penggeledahan ke tiap-tiap rumah para kaum elit pada komplek sisi selatan istana besar,..
Hal ini mereka lakukan untuk menemukan para warga yang sekiranya sengaja membangkang alias mengabaikan "undangan" dari Kaisar mereka.

Meski tidak menjawab, namun dari raut muka maupun bahasa tubuh si perwira jelas menampakkan adanya kesan enggan atau lebih tepatnya perasaan segan.
Karena setiap prajurit kekaisaran Gunumlatar telah mengenal, bahwa rumah megah dengan halaman luas nan asri namun terkesan sederhana yang berada di samping kiri mereka sekalian itu?,..
Adalah merupakan rumah milik bekas pimpinan mereka yang sangat mereka segani, yaitu Pangeran Juwana.
Menurut kabar juga telah mereka ketahui sudah pergi mengembara entah kemana.
Dimana adik sang Pangeran juga sama-sama mereka ketahui, adalah merupakan isteri mendiang Pangeran Sanggalangit yang sebenarnya teramat dipuja oleh mereka sekalian para prajurit.

Setelah menghela napas, si perwira turun dari pelana kuda dan berkata lantang :

"engkau dan tiga orang lain,.. mari ikuti aku,.."

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang