Baik si pemuda yang baru saja tiba dan kesebelas nona?
Hanya diam membisu di tempat mereka masing-masing serta saling pandang dalam segala kecanggungan.Kemudian Waseso melirik kanan-kiri sekitar tempat itu dan melihat berbagai perubahan yang sangat signifikan di sekitar “rumahnya", dibandingkan dengan kondisi terakhir saat dia tinggalkan dahulu.
Namun perubahan sekarang ini menurutnya terlihat lebih indah dan juga bertambah cantik, sekaligus juga menonjolkan kesan sebagai sebuah tempat yang berpenghuni dan sangat terawat.Karena tidak melihat tubuh Kinda diantara mereka sekalian, dirinya hendak membuka mulut memulai percakapan, tetapi di urungkan demi mendengar perkataan Fahira :
"adik Eso,.. segera bersihkan tangan dan kakimu,.. kemudian tengoklah dahulu guru-guru kita,.."
Fahira tadi sempat melihat sorot binar pada kedua mata si pemuda ketika memandang sekeliling tempat itu, sehingga gadis yang berpengalaman ini bertindak tangkas untuk memecahkan kebekuan diantara mereka.
"baik kak,..."
Si pemuda menjawab pendek, lalu berniat turun ke arah kolam air terjun dimana biasanya dahulu dia mandi disitu, tetapi Fahira kembali berlaku gesit :
"adik Eso,.. sekarang jangan lagi sembarangan mandi di luar,.. tuh segeralah masuk ke belakang, disana sudah ada kamar mandi,.."
Sambil menyuruh Fahira menunjuk satu tangannya, dimana si pemuda segera tersadar dan mengikuti arah yang dimaksud :
"ya kak,.."
Waseso tidak bisa menutupi wajah heran dan kagumnya ketika berjalan menyusuri jalan setapak, lalu melangkah naik menapaki duabelas anak tangga.
Sesampainya di atas pada serambi depan gua, yang dahulu dia memang tidak berminat memeriksa karena begitu lebatnya tanaman semak dan belukar yang tumbuh subur,..
Tetapi sekarang?Dirinya malah berdiri diam, serta memandang ke sekeliling bagian serambi dan lumayan lama terpaku disana.
Saat tubuhnya berbalik menghadap ke selatan, kembali tubuhnya tak bergerak dan jelas menampakkan raut wajah terpesona :"adik Eso,.."
"ya,.. baik kak,.."
Segera saja si pemuda tersadar dan berbalik, kemudian berjalan masuk kedalam sambil menenteng kantong kain berisi perbekalannya.
"bagaimana ini kak?,.."
"iya kak,.. apa yang mesti kita lakukan?,.."
Tentu saja kesepuluh adiknya segera merubungi Fahira berebut bertanya, dimana dia segera menyahut :
"kita jangan panik,.. biarkan adik Eso mandi dan berkunjung ke tempat guru dahulu,.. setelah itu,.. kita masuk kedalam dan berganti pakaian,.."
Mereka semua mengangguk setuju, namun Fahira melanjutkan :
"tolong salah satu memanggil adik Kinda,.. karena dialah satu-satunya kunci masalah ini,.."
"biar saya yang pergi menjemput adik Kinda,.."
Midya segera berlalu pergi, dimana yang lain juga segera berbenah dan berjalan pelan mengarah ke arah pancuran air yang keluar dari samping kiri serambi, juga sekaligus sebagai air irigasi yang mengairi tiga petak sawah mereka.
Ketika itu Widya berkata :
"sepertinya,.. di luar memang perlu adanya kamar mandi,.. terutama agar bisa digunakan oleh tamu yang memerlukan,.."
"benar itu adik Widya,.."
Sekitar tigapuluh menit kemudian, Waseso nampak berjalan keluar dan terlihat bersih termasuk juga sudah berganti pakaian, lalu berjalan turun dan berkelebat pergi ke arah selatan,..
Barulah selepas itu kemudian terlihat Kinda dan Midya melesat datang dari arah barat daya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
FanficSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...