Ketika Waseso sedang berjalan melintas ruangan, saat itu suara manja isterinya memanggil dari dalam kamar yang barusan di lalui :
“kak Esooo,..”
“iya bentar,.. aku mau menutup pintu depan,..”
Lalu,..
Sesuai dugaannya, sang isteri terlihat duduk setengah berbaring diatas kursi panjang mirip sofa dengan keadaan yang sang suami mudah menebak, karena tatapan Bening terlihat sendu.
Tubuhnya yang sangat indah dan hanya mengenakan jubah sangat tipis itu seperti diguyur temaram lampu penerangan yang berwarna merah keemasan.Dalam keadaan demikian sang suami memuji betapa panjang sepasang kaki Bening yang benar-benar berbentuk mirip kaki belalang.
Sudah begitu, seluruh wajahnya berwarna semburat kemerahan melebihi kondisi biasa, jelas membuktikan bahwa bidadari lemah lembut itu sedang diliputi hasrat kerinduan yang menggebu terhadap suaminya yang kini sambil berdiri, sekaligus sedang melolosi jubah kedodoran yang dikenakan.
Nampak jelas bahwa napas sang bidadari tersebut semakin tersengal dan sekaligus dirinya juga mulai berdiri sambil menanggalkan daster tipis yang tentu saja dibalik itu, tiada lagi menyisakan selembar benangpun pada sekujur tubuhnya yang halus putih mulus luar biasa dan juga menampakkan semburat kemerahan di beberapa bagian :
“sshhhh,.. berbaringlah diatas kasur kak Eso,.. aku ingin menunggang,..”
Kembali sang suami begitu patuh dan terlentang pada tempat dimaksud serta menerima perintah lanjutan dari isterinya yang mulai hendak naik mengangkangi kedua pahanya yang membujur :
“pokoknya kak Eso diam saja ya,..”
“iyaaa,..”
Demikian sang suami menjawab pendek demi menyadari bahwa sebentar lagi dirinya akan menjadi korban.
Sehabis itu, Bening yang telah mendaratkan tubuh indahnya diatas badan sang suami mulai bergerilya sesuka hati.
Bahkan sepasang tangan suami dibimbingnya untuk diletakkan kanan kiri mengapit kepala, sebagaimana pose jika seseorang menunjukkan tanda menyerah.Barulah dari situ dengan masing-masing tangan ikut menggenggam sepasang telapak tangan suaminya, Bening mulai mendesah pelan disertai menurunkan tubuh atasnya yang membungkuk sedikit saja dan menggosokkan sepasang buah dadanya yang menggantung nan cantik jelita itu diatas dada sang suami secara naik turun,..
Sementara badan dari pinggang kebawah alias bokongnya yang juga luar biasa indah itu diam tak bergerak menduduki sepasang paha Waseso.“sshhhhhh,.. uuhhhhh,.. ssshhhhh,..”
Demikian suara rintih lirih yang keluar dari bibir indah sang isteri yang sedang menikmati segala gelitik kemesraan yang dirasakan pada permukaan sepasang pucuk pentilnya yang sengaja disentuhkan dengan dada sang suami secara naik dan merosot turun bergantian.
Dan yang terutama, permukaan perutnya yang sangat peka tergesek oleh kehangatan batang kesayangan yang terbaring begitu kaku pada permukaan tubuh sang suami, mulai dari selangkangan hingga hampir menyentuh dada sang suami, akibat begitu jangkungnya batang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
Fiksi PenggemarSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...