10. TELAH DIATUR

85 8 6
                                    

Betapa kagetnya sang Kaisar negeri Gunumlatar, yang pada saat itu sedang berada di singgasananya dengan didampingi oleh sang permaisuri,..
Dan sedang berkumpul dengan semua anggota dewan penasehat beserta pejabat petinggi negeri,..
Ketika menerima kedatangan Pangeran Sanggalangit dengan isteri dan semua pengawal-pengawalnya serta melaporkan kesepakatan perjanjian damai?,..
Karena pikir sang Kaisar, kepergian ke Sungai Putus hanya sekedar membicarakan rencana saja.

Sebaliknya, betapa kaget juga sang pangeran, karena selesai memberi laporan?,..
Segera saja keluar keputusan dari sang ayahanda untuk melepas gelarnya dan memberikan kepada kakang tiri tertuanya, yang semua orang juga tahu kalau yang dimaksud tidak becus dan paling suka pelesir,..

Maka dengan hati terluka dan perasaan yang hancur lebur, Pangeran Sanggalangit yang bahkan juga telah dijatuhi hukuman pengasingan di dalam kastilnya?,..
Berbalik pergi dengan keadaan putus asa tak bertepi, apalagi setelahnya menerima kenyataan Ibundanya jatuh sakit?,..
Sungguh mengenaskan keadaan sang pangeran.
Meski demikian sepertinya kemalangannya masih berlanjut, karena selir nomer dua sang pangeran bertindak keji dan menaruh racun pada air minumnya.

Sehingga bertepatan dengan waktu dimana Waseso, Kinda dan paman Ludira sekalian pergi keluar dari istana besar Kotaraja negeri Muderakali?,..

Bersamaan dengan itulah sang Pangeran menghembuskan napas terakhir, menyusul Ibundanya yang telah pergi tiga hari lebih awal.
Meski demikian sebelum meninggal, sang pangeran sempat bertemu dengan isterinya, yaitu Puteri Kirana dan meninggalkan pesan terakhir,..
Bahkan dengan melepas senyum layaknya orang yang sedang gembira :

"isteriku,.. aku memintamu untuk melepas kepergianku, karena aku merasa bahagia,.. Meski begitu,.. aku mengkhawatirkanmu jika engkau tetap berada di lingkungan istana ini,.. Oleh sebab itu setelah kepergianku,.. aku memintamu untuk mencari dan berlindunglah kepada adikku Waseso,.. Sampaikan kepadanya, aku pergi dengan hati ikhlas dan tenang,.."

Sejak itulah hidup Puteri Kirana semakin mengenaskan, bahkan kandungannya yang masih muda tidak berhasil dia pertahankan.
Lingkungan istana tempat tinggalnya juga semakin membuatnya tidak betah,..
Sehingga sambil menahan semua rasa kesakitan akibat keguguran, dia kembali ke rumah mendiang orang tuanya,..
Yang juga masih berada di dalam pagar istana besar dan juga ditempati oleh satu-satunya saudara yang dia miliki, yaitu kakang Juwana yang masih membujang.

Tetapi ternyata kakangnya tak dijumpainya di rumah tersebut dan menurut pelayan mereka?,..
Kakangnya yang juga merasa putus asa telah mengambil jalannya sendiri dengan cara pergi mengembara, entah kemana.
Sebagaimana halnya juga para pengawal setia sang pangeran yang lain, juga menjadi berserakan tak tentu rimbanya dengan menanggung segala kekesalan dan rasa putus asa.

Adapun sang panglima perang atau Jenderal Sudyakala, sehari setelah pencopotan gelar Pangeran yang dia kasihi?,..
Sang Jenderal juga telah memilih mengundurkan diri dan pulang ke kampung halamannya, yang berjarak dua hari perjalanan dari Sungai Putus,..
Dalam artian memilih pergi meninggalkan Kotaraja.

Bagaimanakah dengan keadaan negeri Gunumlatar?,..

Setelah penyerahan gelar Putera Mahkota,..
Empat hari sejak meninggalnya Pangeran Sanggalangit, diadakanlah sebuah acara penobatan Kaisar baru negeri Gunumlatar.
Dan semenjak singgasana diduduki oleh Kaisar boneka ini, berakhirlah persekutuan para selir dan juga perserikatan para anggota dewan penasehat negeri.
Dan baru dua minggu saja duduk di singgasana, sang Kaisar boneka jatuh sakit dan mati.

Dia digantikan oleh adiknya, putera dari selir pertama.
Namun kembali jatuh sakit dan mati seminggu kemudian.

Rupanya apa yang menjadi perkiraan Pangeran Sanggalangit pun mulai terjadi.
Saling meracuni pihak saingan, seolah menjadi sebuah kebiasaan.

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang