33. PERTARUNGAN TINGKAT TINGGI

34 2 0
                                    

Sang tuan Pendekar Tangan Es diliputi perasaan jumawa, demi dirasakannya si lelaki asing agak kerepotan karena susul menyusul menyambut tiga rentetan dorongan tiga hantaman sekaligus yang dia keluarkan :

"criiezzzzzzz,.."

"dhuarrrrr,..."

"czeeesttttttt,.."

"dhuarrrrrr,..."

"slappppppp,.."

"dhuarrrrrr,..."

Demikian terdengar suara beradunya tiga serangan beruntun yang berbenturan dengan hantaman balasan dari si lelaki Gangga.
Meski begitu sang tuan Pendekar jelas berupaya untuk selalu memposisikan dirinya berseberangan dengan sang istri, yang juga sedang bertempur tidak jauh dari situ.
Sehingga apabila hantamannya luput?,..
Tidak akan mencelakai rekannya yang juga sedang bertarung dengan masing-masing musuh pada lokasi tak jauh di sekitar mereka.
Ketika memasuki jurus ke tigapuluhan, mulailah sejumput tanya merasuki hati sang pendekar, maka sembari melanjutkan gempuran dirinya sambil membatin :

"lelaki asing ini selalu berani memapaki seranganku,.. hmmm,.. baiklah,.. apa dia masih sanggup menghadapi sepuluh jurus pamungkasku,.."

Selesai dengan monolognya, Tuan Mandara bergeser ke kiri dan dengan kedua tangan mengembang kanan kiri?,..
Tubuhnya mulai berputar secara lambat layaknya sebuah gasing.
Melihat gerakan lawan, si lelaki gangga hanya mengerutkan dahi sejenak.
Lalu dengan sigap, kaki kirinya mundur setapak serta membuat sebuah tekukan lutut dan sekaligus mulai menghimpun tenaga dalam yang mengandalkan kekuatan panas, serta hendak dia salurkan menuju sepasang kaki sebagai pondasi jurus pertahanan dan juga mengarah dua telapak tangan.
Hal tersebut dia lakukan demi melihat bagaimana tubuh lawan dari semula berputar lambat, kini semakin cepat.
Sudah begitu, dirinya juga merasakan bahwa selain pusaran gasing sang musuh mengeluarkan hawa dingin?,..
Dirinya juga melihat bahwa secara lambat laun, tanah yang berada pada pijakan kaki sang musuh terlihat mengeluarkan bulir-bulir air yang membeku layaknya bunga es.
Bahkan kian lama semakin meluas dalam arti pelan namun pasti mulai mengarah dimana dirinya berada :

"hmmm,.. rupanya ajian lesus kutub utara bukanlah isapan jempol,.. saatnya kutunjukkan panasnya api yang sesungguhnya,.."

Selesai dengan monolog batin, kedua kaki bagian bawah Bhetara Rappata terlihat mengeluarkan semacam asap putih yang mengepul.
Bahkan dalam tiga kedipan mata, terjadi perubahan luarbiasa pada tanaman rumput liar yang berada pada injakan kedua kakinya.
Sekalian "penonton" dari kedua kubu menyaksikan bahwa rumput-rumput tersebut menjadi kering dan disusul menjadi terbakar dengan sendirinya.
Namun bertolak belakang dengan kondisi yang berada dalam pusaran gasing Tuan Mandara, karena pada area dimana sang pendekar sedang memicu badai salju dari jurus yang sedang dia mainkan?,..
Rumput bahkan tanah disekitarnya terlihat menjadi beku.

Itulah saat dimana terutama yang berada pada kelompok penyusup alias gerombolan manusia berjubah ungu?,..
Sambil saling bergumam, mereka sekalian juga mengambil inisiatif untuk memundurkan diri mereka masing-masing hingga beberapa langkah menjauhi area pertempuran utama tersebut :

"wahh,.. bukan mainnn,.. dua ilmu silat yang sangat hebat,.."

"gilaa,.. baru kali ini aku menyaksikan langsung sebuah pertempuran tingkat tinggi,.."

"benar,.. awasss kakimu,.. aku mau mundur,.."

Hal tersebut mereka lakukan karena teringat bagaimana rekan-rekan mereka tadi telah berubah menjadi tugu es, itulah kenapa selain merasa kuatir?,..
Mereka juga diliputi rasa penasaran bagaimana kelanjutan hasil pertempuran tersebut.
Berbeda dengan jenis pertarungan tingkat menengah kebawah, yang biasanya cenderung mengandalkan ketangkasan gerakan dan akan sulit diikuti dengan cermat oleh pandangan mata manusia normal, tetapi jenis pertarungan yang sekarang ini sedang terjadi?,..
Hampir semuanya terlihat seolah melakukan gerakan begitu lamban, namun nyatanya?,..
Percampuran antara hawa dingin dan juga hawa panas yang terpancar dari dalam arena pertempuran, dirasakan menyengat kulit oleh mereka yang berada disekitar tempat itu, bahkan kini dari pihak bawahan kubu tuan rumah juga turut bergeser ke belakang.

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang