41. HANYA PETANI BIASA

33 2 0
                                    

Mari kita mundur beberapa hari sejenak setelah perpisahan Shinta dan Wulan dengan Kembar juga Kinda saudarinya.

Menjelang siang keesokan hari setelah dari kota pelabuhan kecil, nampak dua bayangan sosok yang sedang berdiri diam memandang kearah utara.
Keduanya sedang berdiri termenung di salah satu tonjolan batu karang yang terletak diantara hamparan karang pemecah ombak di sebelah selatan Laguna yang sangat indah.

"itulah istana kita adik Wulan,.."

Mendengar suara bergetar sang kakak, Wulan turut bergumam :

"iya kak Shinta,.. terlihat dari sini,.. itulah rumah kita,.. dari keadaannya yang bersih,.. pastilah para paman dan bibi serta semua kakang merawatnya,.. hmmm,.."

"kenapa adikku, kok senyum-senyum begitu?,.."

"kan batang kesayangan kit,.."

Ucapan Wulan tidak dilanjutkan, karena Shinta yang mengerti maksud perkataan binal adiknya tadi?,..
Walau belum secara utuh diselesaikan, segera dia berkelebat pergi ke arah timur sambil cekikikan mengeluarkan balasan :

"siapa lebih duluan,.. dia yang pertama mendapat giliran,.."

"eitttt,.. kalau begitu kita harus mulai dengan mengulang dong,.."

Sambil mengomel barusan, Wulan mulai turut berlari mengejar kakaknya :

"nggak bisa,.. siapa juga tadi yang memulai memancing masalah,.. wkwk,.."

"ichhhh,.. kak Shinta curang,.."

"biarinnn,.. wkwkwkwk,.."

Maka mereka berdua berkejaran tanpa memperdulikan bahwa telah hampir empat minggu lebih ini tubuh mereka teramat sangat kurang tidur.
Hal ini dikarenakan mereka berdua memahami, sumber tenaga dan gairah semangat mereka?,..
Hanya tinggal berjarak setengah hari saja dari situ, tentunya dengan mengerahkan sepenuhnya ilmu meringankan tubuh.

Menjelang sore hari, keduanya tiba di tepi kota Teluk Priangan dan segera ditemui dua orang penjaga yang merupakan salah satu anak didik paman Sukanda, karena mereka langsung bersikap menghormat padahal belum mengenal kedua nona tersebut.
Mungkin hal ini dikarenakan melihat penampilan Shinta dan Wulan yang keduanya menyandang pedang di punggung sebagaimana layaknya dua orang pendekar wanita.
Apalagi model pakaian keduanya sangat mirip dengan ketiga nona penolong mereka sebelumnya, ditambah kedua sosok itu juga memiliki wajah yang sangat cantik jelita :

"selamat sore nona bidadari berdua, apakah ada yang bisa kami bantu?,.."

"apakah benar ini kota Teluk Priangan?,.."

"iya benar nona,.. mohon maaf,.. apakah anda berdua saudarinya nona bidadari Werni?,.."

"yaaa,.. kami berdua saudarinya kak Werni, adik Laras dan adik Kinda,.. dimanakah kami bisa bertemu dengan bibi Sukanda?,.."

"ahahaha,.. untung kami tidak salah tebak,.. silahkan nona bidadari berdua, langsung saja mengarah kesana,.. itu diatas tebing tertinggi sana,.. nanti nona berdua akan bertemu dan dilayani oleh bibi Sukanda,.."

"baiklah,.. owhya,.. apakah keadaan disini aman?,.."

"saat ini semakin aman nona, apalagi kami para warga,.. telah memperoleh pendidikan silat langsung dari tuan muda tabib sakti,.. hehehe,.."

"owh baguslah,.. tetapi dikarenakan kami berdua sedang menjalankan tugas penting, tolong pastikan agar kedatangan kami kemari dirahasiakan ya paman sekalian?,..”

“baik nona bidadari,.. anda berdua tidak perlu khawatir tentang hal tersebut,..”

“bagus,.. jika demikian kami permisi keatas dulu ya paman berdua,.."

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang