15. PRIA SEJATI 3

110 8 2
                                    

Selesai mendengar semua cerita dari Juwita, yang sebenarnya lebih tepat jika dikatakan sebagai sebuah pengakuan?,..
Trisna menarik napas panjang.
Kemudian dia juga bisa menarik sebuah kesimpulan, bahwa semua malapetaka dan penderitaan yang sedang dialaminya sekarang ini,..
Ayahnya terancam dimana dia tidak tahu kelanjutannya, suaminya terbunuh dan dirinya diculik, tidakkah berpangkal dari perbuatan si nona peri ini juga?,..

Tetapi entah kenapa, pikiran Trisna tidak menjadi sepicik itu dan justru menaruh iba terhadap gadis yang usianya lebih tua dua bulan dan telah menolong dirinya,..
Dimana dalam pandangan Trisna, nona secantik peri ini justru terlihat seperti sedang menanggung beban berat

Kalau akibat hantaman yang membuat luka dalam?,..
Pastilah demikian, tetapi dia merasa ada sesuatu hal lain.
Apalagi mendengar pengakuan dalam cerita Juwita tadi,..
Hanya orang yang merasa benar-benar hancur saja, yang mampu menceritakan sebuah kisah penyesalan teramat dalam sedemikian rupa.

Maka karena menyadari hal tersebut apalagi memperhatikan semua keanehan pada diri gadis ini, Trisna bertanya :

"kak Juwita,.. kalau boleh aku tahu,.. mengapakah semua rambutmu berwarna putih dan,.. warna kulitmu,.. maaf,.. sepucat mayat?,.."

"aku juga tidak tahu kenapa,.. tetapi semenjak aku menguasai seperempat ilmu yang kami temukan di ngarai siluman itu,.. pikiranku selalu dipenuhi oleh bayangan kematian,.. aku merasa selalu diliputi oleh amarah dan kebencian,.. hati kecilku ingin melawan, tapi tidak bisa,.. Dan bahkan hanya sekedar untuk mengeluarkan tangis air mata saja,.. aku sudah tidak mampu lagi,.."

"hmm,.. benar dugaanku,.. gadis ini sedang berada dalam penderitaan tekanan batin teramat dalam,.."

Demikian Trisna bermonolog, lalu dia bertanya lagi :

"maksud kak Juwita tadi mengatakan bahwa air hujan membantu kita?,.. Sebenarnya kenapa kak?,.."

"iblis itu pasti akan terus mencariku, tetapi akhir-akhir ini dia mempunyai kelemahan yaitu takut air hujan, sungai, danau dan laut,.. Makanya setelah hujan reda,.. engkau pergilah terus ke selatan,.. Mestinya perahu layar yang dulu kami gunakan masih berada di pantai,.. Selamatkanlah dirimu,.. biarkan aku menghadapinya dan menghentikan apa yang sudah terlanjur kumulai,.."

"tetapi mana bisa engkau menghentikan iblis itu kak Juwita,.. engkau terluka dalam,.. tenaga saktimu kalah,.. bahkan menurutmu tadi, iblis itu punya empat pembantu?,.."

Juwita hanya mengeluarkan seringai menggidikkan :

"justru ini adalah kesempatan buatku untuk menjemput kematian yang sesungguhnya, dari pada tetap hidup,.. tetapi selalu berada dalam bayangan kegelapan?,.."

Mendengarnya Trisna merasa semakin menaruh iba.
Perlahan pandangan Trisna mulai menyapu ke sekeliling gua dan baru menyadari, bahwa di dalam gua ini banyak cahaya berpendar yang mirip lampu penerangan tetapi berupa bintik-bintik kecil, rapat dan cukup banyak, semuanya menempel pada dinding.
Setelah memperhatikan dengan cermat pada dinding terdekat, barulah Trisna menyadari bahwa sumber cahaya tersebut berasal dari binatang, yaitu kunang-kunang.
Namun Trisna tidak menaruh rasa curiga sedikitpun atas hal tersebut dan membatin :

“berarti mereka datang disaat aku sedang bersemedhi tadi,.. hmmm,.. baguslah,.. setidaknya ruangan ini tidak gelap pekat,.."

***

"kak Eso,.. aku,..."

Waseso segera bisa mengerti bagaimana perasaan isterinya yang satu ini.
Karena Sari menampakkan jelas sebuah gesture, sebagaimana dulu jika Waseso berada di sebuah lingkungan yang dirinya merasa tidak selayaknya berada disitu.

Yaaa,...

Waseso adalah seorang pemuda yang sangat kenyang dengan segala perasaan rendah diri, cacat, merasa tak berharga, tidak berdaya, tidak dianggap, bahkan seringkali dihina, karena dialah rajanya minder.

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang