SEBELUM MEMBACA SEKUEL KE-3 INI - PASTIKAN TELAH MEMBACA LENGKAP SERI I & II.--------------------------------------------
Setelah kepergian Kinda, Waseso melanjutkan percakapannya dengan sang padri muda, dimana sang padri juga sehabis menempuh perjalanan panjang dari selatan.
Menurut penuturannya, dia kurang menemui adanya desa tertinggal dan kebanyakan yang dijumpai malah desa yang sedang mulai tumbuh, sebagai dampak positif berita penghentian perang berkepanjangan.Setelah berbicara panjang lebar dan merasa cukup,..
Waseso berjalan menuju kereta kuda lalu menghelanya serta bergerak mengambil arah ke timur dari pertigaan kota,..
Hal itu dia lakukan karena dalam benak Waseso, sembari melanjutkan perjalanan pulang ke selatan?,..
Dirinya akan mencoba peruntungan untuk menemukan desa tertinggal dengan cara menyisir jalan sepanjang tepian sungai Mahadam.Si pemuda yang sedang teramat murung tidak memperhatikan, bahwa anggota rombongannya juga mulai berkurang lagi selain Kinda, yaitu kereta kuda kang Maman, kang Darma dan paman Landung.
Artinya yang masih tersisa dan tetap mengekor kepergiannya saat itu,..
Hanya tinggal kereta kuda paman Ludira dan yang di kendarai oleh Sukma.Sekitar empat hari kemudian, sampailah mereka di sebuah kota kedua yang mereka temui semenjak meninggalkan kota kecil Wadaskali.
Pada saat itulah Waseso baru menyadari tentang tidak adanya rombongan yang lain, karena selama ini si pemuda memang hampir tidak pernah berinteraksi dengan para pengikutnya.
Adapun para anggotanya yang mengekor juga tidak berani mendekat bahkan mengajak si pemuda berbicara atau tegur sapa sedikitpun.
Meski demikian akhirnya terjadilah perbincangan yang pertama kali diantara mereka :"loh,.. kang Maman dan lainnya kemana paman Ludira?,.."
"mereka memisahkan diri sejak di kota Wadaskali yang lalu,.."
"owhhh,..."
"nak Waseso,.. saya permisi membeli keperluan perbekalan,.. karena menurut informasi,.. disini adalah kota kecil terakhir sebelum kita bergerak ke selatan mengikuti jalan sepanjang sungai besar,.."
"iyalah paman,.. silahkan,.."
Setelah itu Waseso meninggalkan kereta kudanya dan berjalan kaki ke arah sungai.
Dan disitu si pemuda hanya duduk termenung serta melamun di pinggir sungai yang begitu lebar membentang dengan arus airnya yang juga sangat deras.Setengah jam kemudian,..
Si pemuda bangkit berdiri dan berbalik menuju kereta kudanya.
Saat menenggak kantong air, dia melihat paman Ludira sedang melakukan pembicaraan hangat dengan seorang lelaki berambut putih,..
Namun terlihat masih sehat segar bugar di depan sebuah kedai yang menjual berbagai aneka kebutuhan bahan pokok di seberang jalan sana?,.."lohhh,.. sepertinyaaa,.. aku pernah lihat lelaki itu?,.. Diiiii,.. ahhh,.. benar,.. di kota Randu Putih,.. dia kan orang tua yang berbicara dengan dua pemuda di kedai waktu itu,.. siapa ya namanya,.. coba aku ingat,... entahlah aku lupa, tapi,.. aku harus bisa berbicara dengan lelaki itu,.."
(baca seri pertama, bab 40)
Maka entah kenapa, semangatnya timbul dan begitu saja si pemuda berjalan menyeberang, serta membuat langkah mengarah kepada dua lelaki tersebut.
Paman Ludira yang menyadari kehadiran si pemuda di dekat mereka yang sedang ngobrol?
Menoleh ke arah Waseso dan segera berkata kepada lawan bicaranya :"nahhh,.. tuan Bismo,.. perkenalkan,.. ini adalah majikanku yang tadi saya ceritakan, namanya nak Waseso,.."
"aiihhh,.. paman Ludira ini,.. jangan dimasukkan hati perkataan pamanku barusan tuan Bismo,.."
Orang yang dipanggil tuan Bismo, demi mendengar dan melihat sikap menghormat saudara Ludira kepada anak muda yang baru datang?
Padahal saudara Ludira ini adalah orang yang dahulu secara tidak sengaja pernah menolong dirinya?
Tentu saja tuan Bismo langsung ikut menunjukkan sikap menghormatnya kepada Waseso :
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
FanfictionSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...