2

10.6K 561 2
                                    

Al memasuki pekarangan Rumahnya yang luas setelah turun dari Taksi. Tangan kanannya menenteng kantong berisi beberapa jenis makanan titipan Adiknya.

Al mendorong pintu utama Rumahnya.
"Assalamualaikum." ucapnya seraya masuk lebih dalam.

Ia mendapati Adiknya yang tengah menonton televisi di ruang keluarga seorang diri.

"Dek," panggil Al pelan, namun dapat mengejutkan Adiknya.

"Ih, Abang! Datang-datang bukannya salam." kesal dia.

Al mencubit pipi tembam Adiknya, dan langsung membuat gadis cantik itu mengaduh.

"kamunya aja, yang nggak denger."

"Sakit, Abang!" rengeknya.

Al melepaskan tangannya, lalu memilih duduk di sebelah Adiknya. Ia menyerahkan kantong belanjaan tersebut ke pangkuan sang Adik, yang langsung diterima dengan senang hati.

"Makasih banyak, Abang ganteng!" pekik sang Adik girang.

Al tersenyum manis menatap sang Adik, lantas mengusap kepala sang Adik yang tertutup khimar dengan lembut.

"Abi sama Umi udah pulang?"

Adiknya bergumam, "tadi pas telepon, katanya masih di jalan, mungkin bentar lagi juga nyampe."

Mereka berdua asyik menonton televisi sambil memakan makanan siap saji yang dibawa Al. Tak lama, terdengar suara mesin mobil memasuki pekarangan Rumah. Membuat keduanya melihat ke arah pintu masuk.

"Tuh, udah pulang." tutur Adik Al.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!"  orang tua mereka mengucapkan salam secara bersamaan, yang dijawab langsung dengan semangat oleh kedua Anaknya.

Al beserta Adiknya mencium tangan orang tuanya. Mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Bila lagi makan ini, Umi. Dibeliin Abang, Umi sama Abi, mau?" tawar sang Adik.

Sang Umi menggeleng pelan, seraya merilekskan tubuhnya yang terasa pegal sehabis perjalanan.

"Adek aja sama Abang, Umi sama Abi udah makan di perjalanan." ucapnya.

Nafsu makan Al sirna saat kembali teringat dengan tujuannya saat ini.

Ia menatap wajah orang tuanya yang kelelahan, kemudian menarik nafas.

Al mengucap basmalah dalam hati, lantas menginterupsi keluarganya.

"Umi, Abi, Adek." sebut Al satu-satu. "Al mau menyampaikan hal yang serius,"

Umi dan Abi menegakkan tubuhnya, mereka saling tatap, raut penasaran tercetak di wajahnya. Begitupun dengan Nabeela yang segera menyelesaikan acara makannya.

Mereka fokus menatap Al yang terlihat gugup. Abi sebagai Kepala Keluarga mewakili yang lain untuk bertanya detail.

"Tentang apa, nak?"

Al menatap lamat-lamat wajah orang tuanya, menarik napas.

"Al akan segera menikah." ucapnya cepat, Al mewanti-wanti reaksi keluarganya akan seperti apa.

Hening beberapa detik, ketiganya saling menatap satu sama lain. "Alhamdulillah!"

Nabeela memekik girang, atas hal baik yang barusan disampaikan abangnya. "Ya Allah, akhirnya Bila punya kakak ipar." tuturnya mendramatis.

Al menghela napasnya, lantas tersenyum senang melihat reaksi keluarganya.

"Kapan, nak?" Abi kembali bertanya.

ALKHAIRA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang