33

6.3K 426 5
                                    

Happy weekend, selamat bersantai 😍

Jangan lupa spam komen dan kasih vote, ya sahabat 🍒

***

"Assalamualaikum."

Semua pasang mata melihat ke arah pria yang sedang mengatur napasnya. Emira tersenyum seraya menuangkan air ke dalam gelas.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah..."

"Sini nak, kita makan dulu," ucap Salamah seraya menyiukkan nasi untuk suaminya.

Al menarik kursi dan duduk di sebelah Emira, ia menoleh pada istrinya saat sebuah gelas berisi air tersodor di hadapannya. Al pun langsung menerima gelas tersebut dan meneguknya.

"Kamu udah makan belum?" tanya Emira setelah Al menaruh gelas ke meja.

Laki-laki yang bersetelan jas itu menggeleng pelan, "belum."

Emira mengambil mangkuk berisi telur berbalut sambal merah. "Mau ini?" tunjuknya pada Al.

Nafsu makannya yang sempat tertunda itu meningkat saat melihat makanan kesukaannya. Al mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mau,"

Emira pun dengan senang hati menyiukkan Al nasi beserta makanan kesukaannya.

Setelah semuanya siap, mereka berdoa terlebih dahulu dipimpin oleh Bimantara.

Al merekahkah senyumnya dirasa kekhawatirannya meluap. Ia rasa istrinya sudah tidak bersikap sewaktu di kantor.

Tangannya yang memegang sendok menyiukkan nasi beserta telur baladonya, lalu menyuapkan ke mulut dengan rasa minat yang tinggi. Namun, Al merasa aneh saat lidahnya menyentuh tekstur telur. Ia merasa mual menggelitik perutnya, spontan Al menutup mulutnya membuat perhatian sekeliling tertuju ke arahnya.

"Kenapa, mas? Makanannya nggak enak ya?" tanya Emira cemas, lalu menatap mamanya, "ma, aku nggak kebanyakan tuang garam, kan?" Salamah mengangguk menjawab pertanyaan anaknya, ia masih setia menjadi pengamat.

Al berusaha menelan kunyahan di mulutnya dengan susah payah. "Enak kok, sayang. Enak banget malah," ucapnya jujur. Lalu kembali menutup mulutnya saat merasa ada yang mengaduk-aduk isi pertunya. "Tapi nggak tau kenapa aku jadi gak suka tekstur telurnya," cicitnya dengan rasa tidak nyaman di perutnya.

Bimantara menatap Salamah yang juga menatapnya. Mereka sedang bertelepati seraya fokus pada makanannya, tidak terganggu sama sekali dengan tingkah Al.

Al memegang perutnya, memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang menguasainya.

"Maafin Al," ucapnya merasa tidak enak. Setelahnya ia merasa tidak kuat lagi untuk bertahan, Al langsung berlari ke arah kamar mandi tamu yang berjarak lebih dekat.

Huek!

Emira menatap punggung tegap itu, dengan sorot cemas sekaligus kebingungan.

"Al lagi mual-mual tuh, Ra." jelas Salamah, "temenin dulu sana," suruhnya.

Emira menatap tubuh Al yang tengah menunduk di depan wastafel, ia menghampiri lantas menekan tengkuk suaminya membantunya mengeluarkan isi perutnya yang kosong.

Al terengah, ia menegakkan punggungnya setelah membersihkan mulutnya dibantu Emira. Ia menghadap Emira, lantas memeluknya. Kepalanya ia tenggelamkan di ceruk leher istrinya yang berbalut jilbab.

Emira mengusap punggung tegap Al. "Masuk angin ya?" tanyanya.

Al mengangguk-anggukkan kepalanya dengan lemah. "Mual," lirihnya di balik leher Emira.

ALKHAIRA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang