Malam terasa dingin sebab musim penghujan sudah tiba. Malam yang berbeda dari malam sebelumnya bagi pasangan suami istri ini. Mereka tengah duduk di ruang makan dekat dapur.
Al tersenyum, menatap istrinya yang makan hasil masakannya dengan lahap. Makan malam mereka ditemani hening dan suara alat makan yang saling beradu.
Selesai makan, Emira bangkit untuk menaruh piringnya pada wastafel. Saat hendak mencuci piring, Al segera merebut piring tersebut dan menyuruh Emira duduk saja.
Merasa bosan karena hanya melihat punggung tegap suaminya saja, Emira memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
"Saya ke kamar duluan, om." pamitnya singkat, ia bergegas pergi dari dapur.
Al menoleh ke belakang, menatap punggung istrinya. Kemudian menggeleng pelan.
"Sudah saya bilang, saya bukan om kamu." terangnya.
Emira tidak merespon perkataan Al. Lagi-lagi membuat Al menghela napasnya.
Selesai mencuci piring Al bergegas untuk melaksanakan sholat isya di ruangan yang ia sendiri sediakan untuk beribadah.
"Assalamu'alaikum warahmatullah,"
Al mengusap wajahnya tegas dengan telapak tangannya. Ia melanjutkan dengan dzikir sebanyak mungkin, lantas berdoa dan terakhir membaca kitab suci Al-Qur'an.
Lantunan ayat suci Al-Quran itu mengalun indah bagi siapa saja yang mendengarnya. Al membaca surat An-Nisa dengan tartil.
Terdapat ayat yang dibacanya mengandung arti sebagaimana Alquran secara tegas memerintahkan kepada para laki-laki (suami) untuk tetap menghiasi diri dengan sifat sabar dalam menghadapi perangai istri.
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan, bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS an-Nisa [4]: 19).
Al benar-benar sedang belajar dengan hal baru. Yaitu memahami dan menghadapi dengan sabar sikap istrinya yang belum sangat ia hafal itu.
"Shadaqallahul 'adzim."
Al menutup mushaf tersebut lantas mengecupnya. Ia menaruh kembali pada rak, kemudian melepaskan peci yang dikenakannya, begitupun dengan sarung yang melilitnya.
Kini ia hanya mengenakan celana cingkrang beserta kemeja koko saja.
Ia beranjak menuju ruang kerjanya. Di sana ia termenung, memejamkan matanya, seraya memijit keningnya.
Cukup lama dengan posisi seperti itu, Al mengambil kacamata bacanya. Kemudian, meraih jurnal dan membacanya. Sebelum suara notifikasi ponselnya berdenting di atas meja.
Al mencari ponsel yang memang jarang dibawanya itu. Kemudian meraih dan menekan tombol power untuk melihat notifikasi. Ternyata itu dari mertuanya, menanyakan tentang istrinya.
Pimpinan
Bagaimana dengan Mira? Apakah dia baik?Al menghela napasnya, kemudian mengetik pesan untuk membalas.
Me
Alhamdulillah, Baik Pa.Al segera menutup layar ponselnya, kemudian menyimpan di atas meja. Ia kembali disibukkan dengan membaca jurnalnya. Ia juga memutuskan akan kembali bekerja besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Espiritual[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...