-
Dengan bantuan tutorial video dari ponsel, Emira berhasil membuat telor balado. Ia pun sekarang sudah paham bagaimana cara menanak nasi hingga tidak perlu menonton ulang video lagi.
Al menuruni anak tangga dengan cepat untuk mengecek dapur. Sedikit takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Helaan napasnya terdengar saat melihat istrinya yang tengah membawa wadah ke atas meja makan.
Al menghampiri, "wah... enak banget ini kayaknya." ia mengamati telor balado buatan istrinya dengan berbinar.
Emira sedikit tersentak karena terlalu fokus pada kegiatannya. Ia langsung menoleh ke arah suaminya.
"Ngagetin aja!" kesalnya memukul pelan lengan suaminya yang terbalut kemeja putih. Ia menghadap penuh pada suaminya lalu mengulurkan tangannya mengambil alih untuk membuat simpul dasi.
Al tersenyum menatap lamat-lamat wajah istrinya yang terlihat fokus. Dan langsung membuat dadanya berdebar kencang, senang diperlakukan demikian oleh sang istri.
Sudah beberapa hari ke belakang, suasana hati Al selalu dibuat tidak karuan oleh istrinya. Mungkin istrinya itu sedang membuat jantungnya copot dari tempatnya. Al benar-benar dilayani dengan baik.
"Udah," seru Emira tersenyum bangga melihat hasilnya, ia menepuk kedua bahu suaminya.
Al menunduk untuk melihat simpul dasi, lagi-lagi bibirnya tertarik ke atas, lalu tangannya terulur untuk mengusap pucuk kepala Emira.
"Makasih, sayang." ucapnya tulus.
Emira balas tersenyum lalu mengangguk singkat.
"Sama-sama,"Al menarik kursi di sebelah Emira, lalu menyuruhnya untuk duduk, disusul kemudian olehnya.
"Maaf ya, cuma masak ini aja." cicit Emira seraya menyiukkan nasi ke piring suaminya.
"Nggak apa-apa sayang, ini juga udah makasih banget, lho." Sejenak, Al melirik istrinya dengan raut bingung. "Kamu nggak ikut makan?" tanyanya.
Emira menggeleng, "mau liat kamu makan dulu, akunya juga belum mau makan."
Al menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, setelah membaca doa, "tapi tetep harus makan lho, ya." peringatnya.
Emira menyangga wajahnya dengan satu tumpuan tangan dengan posisi miring menghadap langsung suaminya.
"Iya... " Ia mengamati wajah Al dan berusaha merekamnya dalam ingatan bagaimana lekukan wajah itu yang dipahat sempurna.
"Gimana? Enak nggak?" tanya Emira, namun tatapannya tetap fokus pada Al.
"Enak banget, Alhamdulillah..." jawabnya jujur.
Al yang merasa ditatap seintens itu merasa salah tingkah, ia berusaha untuk fokus menghabiskan makanannya dengan cepat yang mengakibatkannya langsung tersedak.
Emira reflek mengambil air dan menyodorkannya ke depan mulut Al yang langsung disambarnya.
"Pelan-pelan dong, mas." omel Emira sambil memukul-mukul pelan punggung Al, lalu ia usap setelah batuk Al mereda.
Al mengatur napasnya dengan wajahnya yang memerah ia menatap istrinya dengan cemberut.
"Kamu jangan natap aku kayak gitu,"
Kerutan di dahi Emira langsung tercipta. "Lho? Kenapa? Nggak boleh?"
Al menggeleng cepat, membuat Emira semakin bingung.
"Rahim mas jadi meleleh, dek."
Plak!
Emira berhasil mendaratkan tangannya di bahu suaminya cukup kuat, hingga membuat sang empu meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritual[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...