"Al!"
Merasa namanya disebut, Al menoleh ke sumber suara. Bibirnya tertarik ke atas saat menatap sosok tersebut, kemudian kepalanya ia tundukan sebagai bentuk hormat.
"Bukannya hari ini jadwal libur Papa, ya?" tanyanya seraya menyalimi mertuanya.
Bimantara tersenyum menatap menantunya, "Papa ada urusan sebentar, sekalian sepulang dari sini, Papa mau jenguk anak Papa, ya?"
Al mengangguk mengerti, "baik, Pa. Nanti Al kasih tau Ira. Tapi, Siang nanti, Al ada meeting di luar, insyaallah setelah selesai, Al akan langsung pulang."
"Baiklah kalau begitu, Papa ke ruangan dulu, ya?" pamit Bimantara.
Al mengangguk seraya membungkuk hormat pada mertua sekaligus atasannya.
Ia memutar badan untuk meneruskan langkahnya yang sempat tertunda.
***
Emira mengusap sudut matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa. Ia berdehem pelan untuk melegakan tenggorokannya, kemudian meraih gelas minumannya untuk ia tenggak.
Bibirnya kembali tersungging setelah menaruh kembali gelas tersebut, pembicaraan teman-temannya mampu membuat bibir Emira berkedut tak kuasa menahan tawa.
"Udah, woy! Sakit perut gue." kesal Emira, namun kembali melanjutkan tawanya.
Seisi Kafe ini penuh oleh suara tawa mereka, tidak perduli dengan pengunjung lain yang merasa terganggu oleh aktivitas mereka.
Petugas Kafe pun sudah lelah menegur mereka, karena mau bagaimanapun, mereka adalah pelanggan setia di Kafe ini.
Emira menatap satu-persatu teman-temannya yang berebut untuk berbicara. Ia terkekeh pelan, lalu meraih selembar tisu untuk mengelap wajahnya yang berkeringat.
Matanya kini menyapu penjuru Kafe, tiba di bagian ujung sana, matanya kian menyipit untuk memastikan penglihatannya. Setelah yakin, apa yang sedang dilihatin. Wajahnya yang terpoles make-up seketika pucat.
Emira buru-buru mengemasi barang bawaannya, membuat orang disekelilingnya bertanya-tanya.
"Mau ke mana, Mir?" tanya Jessie.
Emira mendongak, hendak menjawab, namun sebuah notifikasi dari ponselnya mengurungkan niatnya. Ia meraih ponsel tersebut dan membaca pesan yang masuk.
Teman-temannya yang lain kembali ke aktifitasnya masing-masing kecuali Jessie dan Thea yang masih menunggu jawaban Emira.
Om²
Sayang...
Papa mau main ke rumah, tapi saya gak bisa nemenin. Insyaallah setelah meeting, saya langsung pulang ke rumah.DAMN!
Emira mengumpat dalam hati, dengan gelisah Emira bangkit dari kursinya dan sebisa mungkin menutup wajahnya agar tidak dilihat oleh seseorang di ujung sana yang sedang memainkan ponselnya.
"Guys! Gue balik duluan, ya? Papa gue udah chat gue, nih."
Melihat raut panik Emira yang sangat kentara, membuat teman-temannya langsung percaya.
"Gue anterin ya?" tawar Jessie langsung menyambar kunci mobilnya.
Emira membelalakkan matanya, "lo mau gue mati, Jess?" tuduhnya.
Jessie yang tahu bagaimana sosok Bimantara, menunjukkan deretan giginya yang rapih.
"Hehehe, Lupa gue." kekehnya.
Setelah berpamitan dengan cepat pada teman-temannya. Emira langsung ngibrit keluar dari Kafe. Ia menghentikan taksi dan langsung mengarahkan menuju kediamannya dan Al.
"Sialan! Itu om-om kenapa meeting di tempat ini sih." gerutunya, di dalam Mobil. "Hampir, aja gue ketahuan." sambungnya.
Emira tidak lupa untuk segera membalas pesan dari suaminya.
***
Al menunduk saat ponsel di tangannya bergetar, kemudian menyalakannya untuk melihat balasan dari istrinya.
Istriku
IyaJari tangannya bergerak hendak mengetikan balasan, namun dihentikan oleh sebuah suara yang masuk ke inderanya.
"Assalamualaikum, mohon maaf, Pak. Saya terlambat."
Al mendongak, menatap asal suara yang terdengar lembut dan sopan itu. Ia tersenyum formal setelah menjawab salam dan bersalaman tanpa bersentuhan, lalu mempersilahkannya untuk duduk.
"Tidak apa-apa. Saya juga baru sampai beberapa menit yang lalu." Al tetaplah Al, ia menjawab dengan kalimat sarkas. Walaupun terlihat ramah namun raut ketegasannya tidak sedikitpun sirna dari wajahnya.
Perempuan itu menunduk merasa tak enak hati. Bahkan bola matanya enggan bertubrukan dengan netra legam Al.
"Sebentar, ya. Tunggu rekan saya dulu, dia sedang ke kamar kecil." ucapnya sebelum memulai.
Ini kebiasaan Al, ketika ada rapat dengan lawan jenis, ia akan membawa rekannya untuk menemaninya agar tidak berkhalwat.
Perempuan berkerudung hitam yang berpakaian formal itu tampak mengangguk dan merespon sopan.
"Baik, Pak."
***
Emira berlari setelah menutup pintu taksi dengan kencang. Tanpa mau mengatur napasnya terlebih dahulu, Emira langsung membuka pintu utama dan langsung masuk ke rumahnya setelah mengunci kembali pintunya.
Ia berlari menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan berpakaian selayaknya wanita baik-baik.
Emira menghapus make-upnya terlebih dahulu, setelahnya ia langsung bergegas mandi dengan waktu singkat.
Hanya butuh waktu beberapa menit saja, Emira sudah muncul dari balik pintu kamar mandi dengan harum sabun yang khas. Ia berjalan ke depan lemari untuk memilih baju yang cocok digunakan saat ini.
Pilihannya jatuh pada gamis berwarna hitam, lalu khimarnya ia memilih warna milo. Segera Emira memakai seluruh pakaiannya.
Setelah Rapih, Emira membereskan barang-barang yang tadi ditaruhnya secara sembarangan kini disimpannya dengan baik.
Sekarang, Emira sedang duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya, untuk menunggu pesan dari seseorang. Mulutnya disibukkan dengan mengunyah camilan yang tersedia.
Emira membuka pesan dari suaminya setelah notifikasi berbunyi.
Om²
Sent PhotoApa maksudnya? batin Emira bertanya-tanya.
Emira berdecak pelan untuk mengurangi rasa nyeri di dadanya yang tiba-tiba melesak.
Me
mskd bpk ngirim foto itu buat apa? mau pamer ke saya, bahwa bpk lgi ngedate sama cwek lain?Setelah mengirim pesan tersebut Emira kembali membaca ulang apa yang diketiknya. Seketika matanya membulat, menyadari bahwa dirinya telah melakukan hal bodoh.
Dengan tergesa, Emira berusaha akan menghapus pesan tersebut, namun terlambat saat ia melihat dua centang sudah berubah menjadi warna biru.
Emira keluar dari ruang obrolan tersebut lantas menjatuhkan ponselnya ke pangkuannya, dirinya merasa ingin menghilang ke rawa-rawa. Bunyi notifikasi semakin membuatnya yakin untuk menenggelamkan dirinya ke rawa-rawa.
Ia sudah yakin dengan balasan suaminya yang pasti tingkat kepedeannya akan meninggi seperti biasa.
Emira meraih kembali ponselnya, lalu menekan tombol power. Sebelum kedua matanya membaca notifikasi yang berisi rentetan kata yang diketik Al, Emira menyempatkan untuk menarik napas terlebih dahulu.
Om²
Kamu cemburu ya? ☺️***
Jangan lupa utamakan membaca Al-Qur'an teman-teman 💐
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritual[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...