Selamat membaca 💐
Jangan lupa dukungannya
Pengen dikomen setiap paragrafnya dehhh hehehe
Hei, jangan lupa baca Al-Qur'an juga lohhh!
***
Al menggeram saat melihat istrinya yang malah melamun, tidak menuruti ucapannya. Ia berjalan tergesa menghampiri istrinya sambil membawa handuk beserta pakaian tidur mereka.
Al menyimpan barang yang dibawanya agar tidak terkena basah. Kemudian menatap istrinya datar, kedua tangannya perlahan mengangkat sebelah tangan istrinya untuk ia buka bajunya.
Emira tersentak hingga mendongak, namun ia tidak berontak dan malah mengikuti gerakan Al.
Al berusaha menahan gejolak nafsunya untuk tidak fokus pada titik-titik tertentu, ia mengganti pakaian Emira dengan cepat, namun tetap hati-hati.
"Sudah," ucapnya, kemudian menurunkan Emira dari wastafel.
"Kamu ke kamar, saya mau mandi dulu." jelasnya, walaupun tidak mau menatap Emira.
Emira mengamati suaminya yang tengah membuka kancing kemejanya yang memang sudah setengah terbuka.
Tiba-tiba Al menoleh ke arahnya.
"Mau lihat?" tanyanya.Wajah Emira kontan memerah, buru-buru ia tundukan wajahnya hingga tertutupi rambut panjangnya yang basah, ia lantas menggeleng cepat. Lalu keluar kamar mandi dengan langkah pelan.
Kaki Emira membawanya menuju dapur, berniat akan membuat teh hangat untuk mereka berdua. Emira baru merasakan efek dari berendam selama berjam-jam hingga ketiduran. Ia merasa dingin dan suhu badannya tinggi.
Tangan kanannya terulur untuk meraih gelas kemudian gula dan teh. Emira membuat dengan takaran hasil tebak-menebaknya. Ia membuat teh dua gelas berukuran lumayan besar. Entahlah, semoga saja rasanya pas sesuai takaran.
Kedua tangan Emira bergetar sambil membawa dua gelas itu hendak di taruh di meja makan. Faktor gelas yang berat dan juga kedinginan hingga tubuhnya menggigil.
Matanya menatap kantung belanja makanan yang dibawa Al di atas meja belum tersentuh sama sekali.
Tubuhnya lemas karena dingin dan lapar. Kakinya terasa seperti jelly saat melangkah semakin dekat dengan meja. Emira tidak tahan saat rasa pusing dan mulai langsung menghantamnya.
Prayyy!
Al yang sedang memakai kaos langsung bergegas keluar kamar mandi cepat saat mendengar suara pecahan beling tersebut.
"Ya Allah, Emira!" pekik Al panik. Ia langsung berlari menghampiri istrinya yang tergeletak di antara pecahan beling yang berisi air panas.
"Astaghfirullah, sayang..." lirih Al merasa khawatir melihat kondisi istrinya yang memprihatinkan.
Al langsung membopong tubuh istrinya untuk naik ke kamarnya, biarlah kekacauan yang dibuat istrinya ia bereskan belakangan, yang paling utama adalah kondisi istrinya.
Al merebahkan tubuh Emira dengan hati-hati, lalu meraih tangan mulusnya yang sekarang memerah bahkan ada yang melepuh serta lecet terkena pecahan kaca.
Emira terisak, bukan karena sakit yang ditempanya, melainkan karena terharu dengan sikap suaminya yang ternyata masih sangat perduli dengannya.
Al mengusap wajah Emira yang basah dengan air mata, kemudian mengecup matanya bergantian.
"Tunggu di sini, saya mau ambil p3k dulu." ucapnya lembut, kini tidak ada raut datar lagi yang ditunjukkan, sangat jelas hanya raut khawatirnya saja yang terlihat kentara.
![](https://img.wattpad.com/cover/336950419-288-k225595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritualité[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...