37

5.9K 387 17
                                    

Selamat berpuasa bagi yang berpuasa hari ini 🥰

Happy reading!!!!

***

Pelupuknya sudah digenangi air mata. Emira sudah tidak bisa berpikir jernih. Rasa khawatirnya sudah berada di ujung tanduk, apalagi saat ia mendapati mertua serta mamanya di depan ruangan. Jantung Emira berdetak tidak karuan, ia meremas tangan suaminya.

"Mas..." lirihnya.

Al menatap istrinya, ia tersenyum. Lalu menggenggam kuat tangan istrinya. Mereka tinggal beberapa meter lagi untuk sampai di depan ruang ICU.

"Assalamualaikum..." ucap Al dan Emira. Hingga semua orang menoleh ke arahnya dan menjawab salamnya.

Emira dan Al menyalami orang tua Al terlebih dahulu. Terakhir, saat Emira hendak menyalami mamanya. Tiba-tiba saja tangisnya pecah saat sadar siapa yang berada di ruangan itu.

"Ma..." isaknya.

Al merangkul tubuh istrinya yang sedikit terhuyung itu. Tangannya ia gunakan untuk mengusap pinggang Emira hingga perutnya. Ia meraih tubuh istrinya ketika sudah kembali tenang. Menuntunnya untuk duduk.

Emira menyandarkan tubuhnya pada suaminya, ia mengeratkan pelukannya pada pinggang suaminya.

"Mau ketemu papa..."

Al mengecup kepala istrinya yang tertutup khimar.

"Belum jam besuk, sayang." tuturnya penuh kelembutan.

Tangannya terulur untuk mengusap cairan bening yang berada di pipi serta di bawah hidung Emira.

"Papa, Mas..."

"Berdoa ya, sayang. Semoga Allah angkat penyakit papa."

Al bersholawat untuk menenangkan Emira yang terisak kecil. Gumamannya mampu membawa Emira ke alam bawah sadar.

"Tidur?" tanya Umi Zikra. Al menunduk untuk mengeceknya, lantas mengangguk singkat. Ia bergerak sedikit untuk menyamankan posisi Emira juga dirinya.

Al menatap mertuanya yang barusan duduk di sebelah Emira.

"Mama?" panggilnya pelan. Wanita berjilbab itu menoleh dengan raut sendu.

"Kenapa Ira gak boleh sering main ke rumah mama?" Al ingin menanyakan alasan mertuanya yang bulan lalu menelponnya untuk tidak mengizinkan Emira berkunjung ke rumah orang tuanya.

Karena amanah itu, Al jadi sering melarang Emira pergi ke rumah orang tuanya lalu mengalihkannya dengan cara mengajaknya jalan-jalan.

"Keinginan papamu, Nak." jawab Salamah parau.

Al langsung paham, ia tidak menanyakan lagi secara detil. Ia bertanya hal lain untuk mengalihkan pembicaraan.

"Mama udah makan?" tanyanya. Wanita itu menggeleng pelan. Ia tidak perlu khawatir dengan uminya yang pasti akan dijaga oleh abinya.

"Biar Al beliin makan, ya? Mau makan apa?"

"Nggak usah, Nak. Mama nggak laper."

Al menghela napasnya, kemudian menarik senyumnya tulus.

"Mama harus makan, kalo dibiarin nanti Mama sakit. Gak mau bikin Ira sama papa sedih, kan?"

Wanita itu menatap menantunya, lantas menarik sudut bibirnya. Kemudian mengangguk singkat.

"Beliin makan apa aja, deh."

Al hendak menjauhkan tubuhnya dengan Emira, namun segera dicegah oleh abinya.

ALKHAIRA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang