25

8.2K 475 4
                                    

Selamat membaca 💐

Doain biar cepet-cepet tamat...

Supaya bisa bikin cerita baru, mwehehe

Keluarkan isi pikiran kalian saat baca paragraf-paragraf di bawah, gak usah sungkan! Asal tetap sopan 😊

Aku suka lucu, kalo ada pembaca yang komen kocak.

***

"Ikut aku yuk, Mir." Nabeela datang ke dapur setelah kembali dari kamarnya untuk mengambil ponsel.

"Ke mana, mbak?" Emira mengelap tangannya setelah membangun umi mencuci piring. Ia menghampiri Emira yang tengah berdiri di dekat pintu.

"Kajian," jawab Nabeela. Gadis itu mengikuti Emira dan Uminya ke ruang keluarga.

"Kapan tuh?" Emira merasa tertarik sekarang, padahal dulu saat diajak mamanya ia menolak mentah-mentah.

"Bentar lagi, abis zuhur." ucapnya, "umi mau ikut nggak?"

Umi Zikra duduk di sebelah suaminya yang sedang menontonnya televisi. Kemudian ia menatap penuh suaminya, "boleh nggak, bi?" tanyanya.

Abi menoleh membalas tatapan istrinya sejenak, "khusus akhwat?"

Nabeela mengangguk, "iya, tempatnya di asrama yang ditinggalin temen SMA aku, dia yang jadi ketua pelaksananya."

"Ooh, Aisyah?" tebak umi yang diangguki semangat oleh Nabeela.

"Umi kenal?" tanya abi, umi langsung menoleh ke arah abi sambil mengangguk. "Dulu pernah main beberapa kali ke sini." jelasnya.

Abi mengangguk singkat, "Boleh, tapi selesai acara langsung pulang, ya!" katanya mengizinkan, tak lupa menyampaikan pesan. Umi pun tersenyum senang seraya mengucapkan terima kasih.

"Kamu jangan lupa minta izin suamimu lagi, Mir." tutur Nabeela mengingatkan.

Emira mengangguk seraya tersenyum, ia mengambil ponsel yang berada di kantung baju gamisnya. Dan mulai mengetikkan pesan kepada Al, setelah terkirim pesannya langsung dibaca. Emira melirik pada jam yang tertera di pojok layar. Ternyata sudah menunjukkan waktu istirahat di kantor.

Bibirnya tertarik saat mendapat balasan cepat dari suaminya.

"Cieee, yang lagi salting baca chat dari suami... " ledek Nabeela, namun tatapan gadis itu fokus pada ponselnya sendiri.

Emira pun menyengir dan menyenggol pelan lengan Nabeela yang berada di sebelahnya.

"Bisa aja, mbak." cicitnya malu.

Emira menyimpan ponselnya, setelah mendapat izin dari Al.

"Aku udah dapat izin," paparnya.

"Alhamdulillah," sahut umi.

Abi beranjak dari sofa lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.

"Kita siap-siap sholat zuhur, kalian sholat berjamaah di rumah. Abi mau ke masjid." ujarnya, kemudian berlalu menuju kamar diikuti umi.

"Ayo, Mir!" ajak Nabeela untuk pergi ke kamarnya.

"Aku mau mandi dulu ya, mbak." izin Emira.

"Iya, boleh. Nanti ganti pake baju aku aja." sarannya, ia menyiapkan baju untuk Emira dan mukena untuknya dan iparnya.

Emira mengangguk, lantas mengambil handuk yang disodorkan Nabeela.

"Makasih, mbak."

***

ALKHAIRA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang