Selamat membaca 💐
Bagi siders, mohon untuk memberi dukungan berupa vote dan komen yaaa ☺️
Gomawo
***
Hari mulai petang, sinar senja bahkan telah menyorot ruangan ini melalui celah-celah jendela.
Emira menunduk dengan tangan yang saling terpaut, bibirnya sedikit bergetar merasakan dadanya yang seperti dihimpit.
Ia bangkit dari duduknya, menatap suaminya yang dari beberapa jam yang lalu hanya mendiamkannya. Mungkin itu adalah salah satu caranya agar emosinya tidak meledak.
Emira perlahan beranjak melangkah mendekati pintu untuk keluar dari ruangan kerja Al.
Hanya permohonan serta kalimat saja yang mampu Emira utarakan, ia tidak mampu untuk menjelaskan kesalahan-kesalahannya yang telah ia perbuat.
Emira membuka kenop pintu dan menutupnya kembali setelah keluar ruangan. Matanya menengadah mencegah air matanya luruh.
Gadis 18 tahun ini merasa buntu, tidak paham harus bagaimana. Masalah seperti ini baru pertama kalinya dirasakan.
Kakinya melangkah untuk menyusuri isi rumah yang memang belum sempat ia kunjungi karena kegiatannya hanya di sekitar kamar, ruang keluarga, dan dapur saja.
Pilihannya tertuju pada halaman belakang rumah yang ternyata terdapat sebuah kolam yang tidak terlalu besar namun sepertinya cukup dalam menurut Emira, lalu di sebelahnya ada taman bunga yang terlihat tidak terurus.
Emira berjalan hingga berdiri di sisian kolam, ia membuka alas kaki yang sama digunakannya ketika ke restoran.
Matanya menatap satu persatu pakaian yang dikenakannya, mulai dari rok pendek di atas lutut berwarna khaki, kemudian naik ke atas baju crop top berwarna pastel.
Emira mulai benci berpakaian seperti ini. Ia menitikkan air matanya, merasa bersalah, merasa berdosa. Hatinya benar-benar sulit menerima hidayah.
Kepalanya terasa mendidih sebab terlalu pusing memikirkan masalahnya. Padahal, jika saja ia benar-benar mau berhijab detik itu saja, mungkin masalah ini tidak akan datang. Tinggal saja ia benar-benar bertobat meminta ampunan kepada Allah.
Kaki kanannya terulur untuk menyentuh permukaan air yang terasa dingin karena belum diganti. Lalu menginjak keramik kolam yang dibuat tangga.
Setelah kedua kakinya menapak keramik kolam, Emira melangkah lagi menuruni anak tangga. Air yang tadinya sepinggang Emira, perlahan mulai naik sebatas dada kala kakinya semakin menginjak lantai paling dasar kolam.
Rok mininya terangkat mengambang, tidak dengan bajunya yang berkaret di bagian pinggang.
Emira memejamkan matanya saat rasa dingin menusuk kulitnya, ditambah angin sepoi-sepoi sore yang menembus setiap pori-porinya membuatnya sedikit menggigil.
Air tetap tenang karena orang di dalamnya tidak bergerak sama sekali. Gadis itu tetap diam dengan mata terpejam, sesekali mencelupkan kepalanya untuk sekedar membahasi rambutnya.
Adzan maghrib telah berdengung di pendengaran Emira, namun gadis itu belum mau beranjak sedikitpun, malah terlihat semakin tenang dengan kakinya yang mengambang.
Satu yang harus diketahui, Emira tidak terlalu pandai berenang.
***
Al mengangkat wajahnya dari lipatan tangannya di meja, ia mengurut pelipisnya dengan tangan kanan untuk meredakan pening di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritual[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...