Halo, Assalamu'alaikum!
Hehehe lumayan lama ya? Baru update lagi.
Selamat membaca bagi yang rindu dengan Al dan Emira 💐
Terima kasih banyak atas support pada cerita ini
Lopyuuuuuuuu
****
Al menatap tiga orang di depannya yang saling merangkul. Bibirnya tertarik menciptakan sebuah garis tipis.
Beberapa asisten yang bekerja di kediaman Bimantara datang untuk membawa barang-barang yang diperlukan selama 2 minggu di rumah sakit.
Banyak pasang mata yang mengawasi pergerakan mereka. Mungkin orang lain tampak familiar dengan keluarga ini.
Al membenarkan tali tas Emira di pundaknya. Lantas menghampiri istri yang sedang bersama orang tuanya.
Setelah memastikan mertuanya duduk nyaman di kursi penumpang. Al menarik istrinya untuk memasuki mobil pribadinya.
"Mau mampir beli makan dulu nggak, sayang?"
Emira menggeleng, ia memakai seatbelt. "Nggak, Mas. Nanti makan yang ada aja, di rumah papa."
Al mengangguk, kemudian menyalakan mesin mobilnya. Setelah keluar dari parkiran ia mengikuti mobil yang ditumpangi mertuanya.
Emira mengambil air mineral kemasan botol di tasnya yang sudah Al serahkan padanya. Lalu mulai menyeruput air itu menggunakan sedotan.
"Alhamdulillah..." leganya. Kemudian mengulurkan botol itu ke arah suaminya. "Mau minum nggak, Mas?"
Al mengangguk lantas menarik tangan istrinya untuk mendekatkan ujung sedotan itu ke mulutnya. Ia menjauhkan sedotan itu dirasa cukup meredakan dahaganya.
Tangannya terulur untuk mengusap kepala istrinya dengan sayang.
"Manis."
***
"Ulang sayang. Huruf 'ain-nya belum jelas."
"Wa qooluu lau kunnaa nasma'u au na'qilu maa kunnaa fiii ash-haabis-sa'iir"
Emira mengulangi bacaan ayatnya. Dan langsung diacungi jempol suaminya. Setelahnya, tangan itu kembali bermain di atas keyboard.
Al terus menyimak sesekali mengoreksi hafalan istrinya sembari mengerjakan tugas kantornya. Posisinya tengah duduk bersandar di kasur, begitupun dengan istrinya yang tengah duduk menghadap ke arahnya.
Emira menarik mukena yang terduduki olehnya. Kemudian membukanya setelah menyelesaikan sesi murojaah bersama suaminya. Ia beranjak turun untuk menggantung kain putih itu.
Netra Emira mengamati suaminya yang sangat fokus dengan pekerjaannya. Keningnya tampak mengerut diikuti dengan gerakan bibirnya.
Emira menghampiri mendekati suaminya seraya mengelus perutnya.
"Mas, punggung aku pegal."
Al menoleh ke sebelahnya. Tangannya terulur sebelah untuk mengusap punggung istrinya. Hembusan napas di lehernya tidak mengganggunya sama sekali. Hal itu membuat Emira mencebik, dan disadari oleh Al.
"Kenapa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
"Udahan dulu, Mas belum istirahat."
Al menarik sudut bibirnya seraya menatap lembut wajah cantik Istrinya. Didaratkannya kecupan di pelipis Emira.
"Bentar sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritual[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...