Assalamualaikum!
Ada yang kangen sama cerita ini?
Terima kasih, yang sudah menunggu cerita ini update <3
Selamat membaca 💐
***
Al mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari, ia bahkan melupakan kehadiran bodyguard yang menjaganya sedari kantor karena media tengah mengepungnya untuk meminta penjelasan.
Dari jauh ia mendengar suara tangis perempuan yang sangat familiar di telinganya. Dan benar saja, tubuhnya dingin seketika bersamaan dengan langkahnya yang terhenti.
Matanya menatap lurus pada situasi di hadapannya yang sangat mengaduk emosinya. Kakinya melangkah perlahan disertai lapisan sebening kaca di pelupuk matanya.
"Sayang...?" lirihnya memanggil sang istri.
Suara yang amat dikenal Emira masuk ke telinganya. Ia menoleh lantas langsung berhambur ke pelukan suaminya.
Tangisannya yang keras kini semakin memilu membuat siapapun yang mendengarnya merasa sedih.
Sekuat tenaga Al menahan air matanya agar tidak lolos di depan keluarganya. Ia mendekap erat tubuh istrinya yang bergetar. Meneguk ludahnya terlebih dahulu karena tercekat sebelum berbicara.
"Ikhlas ya sayang." Ternyata tidak berhasil, suaranya terdengar getir.
Emira tergugu, ia memukul-mukul dada suaminya yang masih berbalut jas dan kemeja untuk menyalurkan rasa sesak di hatinya.
"Papa Mas..." ratapnya. Ia menatap wajah suaminya yang sama sedihnya.
Al menangkup pipi istrinya yang basah dan menghapus tetesan air yang kian deras.
"Istighfar, sayang..." lirihnya menenangkan. Namun Emira malah semakin histeris. Ia bahkan meracau menyalahkan takdir. Al segera memeluk istrinya erat walaupun meronta-ronta di pelukannya.
"MAS NGGAK NGERTI!"
Al memejamkan matanya saat mendengar nada tinggi istrinya. Fokusnya ia alihkan sejenak untuk melihat umi yang sedang menenangkan mama mertuanya. Lalu beralih ke abi yang sedang mengobrol dengan dokter, setelah dokter pergi, abi menghampiri Al.
"Papa akan dimandikan di sini." katanya.
Emira yang mendengar itu kembali histeris. Perempuan berusia kisaran belasan tahun itu merasa tidak terima dengan apa yang ditimpanya. Sifat aslinya yang manja ternyata tidak sepenuhnya hilang dalam dirinya.
"Sayang." panggil Al tegas, menahan Emira yang kacau.
"Istighfar sayang, kamu lagi hamil."
Emira mendorong dada suaminya, ia menatap sakit ke arah netra suaminya.
"Mas nggak ngerasain apa yang aku rasa!" pekik Emira dengan nada bergetar.
Al membawa Emira dalam pelukannya untuk menghampiri umi dan mamanya yang semakin membuat momen sedih terasa nyata. Abi yang melihat itu memilih pergi untuk mengurus administrasi serta keperluan lainnya.
Saat beranjak sejenak untuk menghubungi orang kepercayaannya di kantor. Tiba-tiba Al dikagetkan dengan suara pekikan dari uminya. Spontan Al langsung mengalihkan atensinya tertuju pada tempat ketiga wanita itu duduk, dan langsung mengakhiri sambungan telepon secara sepihak saat mendapati istrinya jatuh tidak sadarkan diri.
"Ira!"
***
Sudah beberapa menit yang lalu Emira tersadar. Ia menatap jenazah papanya yang sedang dikafani dengan tatapan kosong. Terasa usapan di bahunya yang berasal dari laki-laki yang setia menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKHAIRA [End]
Spiritüel[BELUM REVISI] Gagal masuk ke perguruan tinggi impiannya, Emira melampiaskan segala emosinya dengan pergi ke sebuah club bersama teman-temannya. Saat perjalanan pulang dari Kantor, sang papa memergoki Emira yang keluar dari club dengan langkah semp...