24 "KEBAKARAN?"

122 15 1
                                    

Siang berganti malam, menunjuk para karyawan sudah saatnya untuk pulang.

Namun tidak dengan Alvarez. Keadaan memaksanya untuk lembur karena banyak sekali dokumen yang belum terselesaikan.

"Malam pak. Maaf ini ada beberapa berkas untuk diperiksa dan ditanda tangani" ucap Devan yang baru saja datang dengan membawa tumpukan dokumen

"Iya makasih Van, sepertinya nanti saya lembur karena besok pastinya kita akan sibuk dengan acara grand opening takutnya dokumen-dokumen ini nggak terhandle jadi saya selesaikan hari ini saja" ucap Alvarez

"Iya pak, kalau begitu saya izin pulang" ucap Devan

"Iya" ucap Alvarez

"Gue duluan ya na" ucap Rere

"Iyee, hati-hati lu" ucap Alana menunggu taksi yang tak kunjung datang

"Kok perasaan gue gak enak kenapa ya, semoga gk terjadi apa-apalah" batin Alana

Beberapa waktu berlalu, akhirnya semua pekerjaan Alvarez terselesaikan.

"Akhirnya selesai juga" ucap Alvarez menghembuskan nafas panjang lalu keluar dari ruangan dan berjalan menyusuri lorong kantor yang cukup sepi

"Selesai lembur pak?" Tanya salah satu satpam yang berada disana

"Iya" jawab Alvarez dingin tanpa menghentikan langkahnya

"Loh Alana, kamu belum pulang dari tadi?" Tanya Alvarez dari dalam mobil

"Belum pak, nungguin taksi dari tadi belum datang juga" jawab Alana mendekat ke arah kaca mobil Alvarez

"Yaudah pulang bersama saya aja" ucap Alvarez

"Tidak perlu repot-repot pak saya tunggu taksi saja, mungkin sebentar lagi datang" ucap Alana

"Sama sekali tidak merepotkan, lagian batas maksimum taksi berlalu lalang di area sini itu pukul 8 malam sedangkan ini sudah pukul 9 lebih" ucap Alvarez dengan melihat jam tangannya

"Saya anterin saja, disini juga sudah tidak ada orang" ucap Alvarez Lalu Alana pun memasuki mobilnya

"Saya jadi sungkan pak, selalu merepotkan" ucap Alana

"Saya sama sekali tidak merasa direpotkan, saya melakukan semua itu dengan suka rela" ucap Alvarez tersenyum dengan melirik sedikit ke arah Alana pasalnya ia sedang fokus mengendarai mobil

Tiba-tiba handphone Alana bergetar mengeluarkan suara.

"Saya angkat telfon dulu ya pak" izin Alana

"Iya, silakan" ucap Alvarez

*Telfon Berlangsung*

"Assalamualaikum mah" ucap Alana

"A-alana,,,,Alana" gugup Laras

"Iya mah ada apa" ucap Alana

"Showroom papah kamu terbakar nak" ucap Laras

"Astaghfirullah, mamah sama papah tenang dulu jangan lakukan hal yang nekat, tunggu aku segera kesitu" cemas Alana yang juga reflek terbawa panik

*Telfon Berakhir*

"Ada apa Alana, kenapa kok kamu Panik begitu?" Tanya Alvarez

"Tadi orang tua saya kasih kabar bahwa showroom papah saya terbakar pak" ucap Alana

"Astaghfirullah, kamu yang tenang ya, sekarang kita langsung menuju kesana" ucap Alvarez

"Iya pak" ucap Alana bergetar

Beberapa saat kemudian akhirnya Alana dan Alvarez telah sampai.

"Ya Allah mah, kenapa bisa begini" ucap Alana dengan air mata yang mulai membasahi pipinya

"Mamah juga gak tau, tadi tiba-tiba di telfon sama salah satu warga sekitar sini dan bilang kalau showroom udah kebakar" ucap Laras yang sudah sesenggukan

"Semuanya ada di dalam mah" ucap Hendra dengan tangis yang luar biasa

"Papah jangan nekat pah" ucap Alana menarik Hendra sang papah yang ingin menerobos masuk kedalam showroom

"Semua uang dan mobil ada disitu semua nak" ucap Hendra menangis kejar

"Uang bisa dicari pah, tapi nyawa nggak ada yang bisa ganti. Lagian percuma kalau papah masuk mobil-mobil disana juga udah ludes terbakar" ucap Alana yang juga ikut menangis

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang