59 "KARENA APA"

46 4 0
                                    

"Ninin bodoh banget,,, keceplosan kan, harus jawab apa ini" batin Ninin kecut

Seluruh badan Ninin seketika panas dingin, saat teringat pesan apa yang sebelumnya selalu Alvarez wanti-wanti kan untuk dirinya.

"Ibuk itu mbak, apa, ibuk, ibuk sebelum aku, iya" bohong Ninin, tersenyum

Alana kebingungan. "Maksud kamu gimana"

"Gini loh mbak, aku dikasih tahu sama art yang sebelum aku" ucap Ninin

"Art yang lama?" Tanya Alana

"Lah,,,, iya, itu maksute aku" jawab Ninin

"Oh,,, terus sekarang ibuk itu kemana, kenapa kok gak kerja disini lagi" ucap Alana

"Udah pulang kampung mbak, katanya mau fokus urus cucu" ucap Ninin

"Ohh,,,," paham Alana, mengelap tangannya seusai mencuci piring

"Kamu ngopi Nin?" Tanya Alana, saat  melihat Ninin sedang sibuk menyeduh kopi

"Nggak mbak, ini buat pak Heru" ucap Ninin

"Kalo gitu sekalian sarapannya kamu anterin ya" perintah Alana

"Siap mbak" ucap Ninin, lalu pergi mengantar sarapan untuk satpam yang selalu standby di gerbang istana milik Alvarez

*PT ALVAREZ SEJAHTERA*

Kini Alvarez baru saja sampai di kantornya, dan langsung berjalan menuju ruang meeting, diiringi dengan wanita cantik yang memiliki body bak gitar spanyol.

"Semua berkas sudah siap?" Tanya Alvarez kepada bella, sang sekertaris

"Sudah pak" jawab sang sekertaris

3 jam berlalu, meeting kali ini berjalan kurang begitu mulus, karena terdapat sedikit kendala, yaitu dari Alvarez, CEO yang mengadakan meeting tersebut.

"Jadi projek kita yang selanjutnya itu tinggal meny—" ucap klien dipertengahan meeting

"Mohon maaf sekali, saya izin ke kebelakang sebentar" potong Alvarez tersenyum

"Silahkan pak, silahkan" ucap beberapa kliennya, yang sebenarnya sudah sangat lelah mendengar kalimat tersebut

Karena selama meeting berjalan, Alvarez terus-terusan meminta izin untuk pergi ke kamar mandi, dan ini sudah kali ke-7. Pada akhirnya membuat meeting tersebut dibubarkan secara paksa.

Alvarez keluar dari ruang meeting dan masuk ke ruang kejayaannya, dengan raut wajah yang kesal.

"Tok,,,,,tok,,,,,tok,,,," ketukan misterius pun terdengar, diwaktu yang bersamaan dengan Alvarez yang baru saja menduduki kursi kebesarannya

"Masuk" suara keras Alvarez

"Pak ini ada makanan untuk bapak" ucap Devan

Ternyata ketukan itu bersumber dari tangan Devan, sang asisten pribadinya.

Alvarez yang sedang duduk itu, sedikit mendongakkan kepala untuk menatap Devan yang berdiri dihadapannya.

"Dari siapa?" Tanya Alvarez

"Kurang tahu pak" jawab Devan

"Taro aja disitu" perintah Alvarez, menunjuk meja

"Baik pak" patuh Devan

"Van" panggil Alvarez, membuat Devan membatalkan kakinya yang hendak melangkah keluar

Devan tersenyum. "Iya pak"

"Kamu habis sarapan tadi, ada gak sakit perut atau apa gitu?" Tanya Alvarez

"Sejauh ini tidak ada pak, kenapa ya pak?" Tanya Devan

"Perut saya sakit karena apa ya Van" ucap Alvarez tampak berfikir

"Mungkin karena makanan yang bapak makan semalam di bandara itu pak" ucap Devan

Devan bisa mengatakan seperti itu, karena memang menu makanan yang dirinya makan dengan Alvarez semalam, berbeda.

"Ohyaa,,,, jangan-jangan emang karena sushi yang saya makan semalem ya Van" ucap Alvarez

"Bisa jadi pak, sepertinya daging salmon yang dipakai itu kurang fresh" ucap Devan

"Yaudah kalau gitu, udah terlanjur juga" ucap Alvarez santai

"Bapak mau saya antar periksa ke dokter, ditakutkan ada apa-apa" tawar Devan

"Gausah. Ini paling cuma sebentar" ucap Alvarez, menolak ajakan Devan

"Nanti kita masih ada berapa meeting Van?" Tanya Alvarez

"Masih ada 2 meeting lagi pak" jawab Devan

"Saya gak mau kejadian yang sama seperti tadi terulang lagi. Jadi saya minta tolong kamu nanti wakili saya ya" ucap Alvarez

"Baik pak. Kalau begitu, saya permisi kembali ke ruangan saya pak" ucap Devan, berlalu meninggalkan Alvarez

"Makanan dari siapa sih ini" gerutu Alvarez, yang kini kembali sendirian

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang