81 "SKALA LUKA"

14 1 0
                                    

Alvarez pun bertanda tangan di berkas tersebut, yang mengartikan bahwa Alana telah bersedia untuk menjalani operasi.

Kini Alvarez mengantar Alana menuju ruang operasi.

"Mas. Aku takut mas" ucap Alana, menunjukan wajah ketakutannya itu

"Gausah kayak anak kecil" sinis Alvarez

"Baru kali ini loh aku operasi" ucap Alana

"Lebay, cuma operasi kecil juga" ucap Alvarez

"Mas temenin di dalem ya" mohon Alana

"Apaan sih. Lagian juga sama dokter gak boleh" ucap Alvarez, malas

Tidak lama operasi Alana telah berlangsung.

Alvarez yang sedang duduk di ruang tunggu itu, tiba-tiba mendengar sesuatu yang riuh dari dalam saku celananya, dia yang merasa terganggu pun langsung mengambil benda tersebut.

TELFON BERLANGSUNG🗣️

"Iya, gimana?" Tanya Alvarez

"Pak. Kening Zezo robek pak" ucap baby sitter, dari seberang sana, dengan suara gemetarnya

Alvarez seketika beranjak dari kursi. "Kenapa bisa robek"

"Tadi main dan gak sengaja keningnya kena mainan robot yang ujungnya tajem itu pak" ucap baby sitter

"Iya nak. Sabar ya, nanti papah Dateng" ucap sang baby sitter, berusaha menenangkan Skala As Zezo

"Sekarang juga kamu kasih pertolongan pertama buat anak saya. Gak lama saya nyampe situ" ucap Alvarez, seraya berlari menuju parkiran

TELFON BERAKHIR🗣️

55 menit berlalu. Alvarez telah memarkirkan mobilnya kembali di rumah sakit, namun tidak hanya seorang diri, melainkan bersama sang anak dan baby sitter nya.

"Sini sini" ucap Alvarez, baru saja turun dari mobil, merebut Skala dari gendongan baby sitter nya dan langsung berlari

"Zezo yang kuat ya sayang" ucapnya, pada sang anak yang berada dalam dekapan eratnya

"Papa,,,,papa,,,,sakit" teriak Skala histeris, dengan tangisnya yang tak kunjung henti, bertambahnya waktu justru membuat tangisnya semakin menjadi

Alvarez berlari lebih kencang dan terus menerus memberi kecupan pada kepala sang anak. "Sabar sayang, sebentar lagi"

Sesampainya di IGD, Skala langsung ditangani oleh dokter.

Karena luka yang dialami Skala terlalu lebar, tentu mengharuskan dahinya untuk dijahit.

Alvarez dengan kemeja putihnya yang bersimbah darah itu, berjalan menghampiri baby sitter sang anak.

"Gimana tadi kronologinya?. Kenapa bisa sampe robek begitu, kamu dimana aja?" Tanya Alvarez, namun tidak mendapat respon dari baby sitter tersebut

"Sa-saya gak kemana mana pak" jawab sang baby sitter gugup

"Saya minta jawab yang sejujur jujurnya" ucap Alvarez, tampak sekuat tenaga ia menahan amarah

Alvarez semakin geram. "JAWAB JUJUR"

Siapa yang tidak takut jika Alvarez sudah memasang watak singanya itu.

Baby sitter itupun tersentak. "Saya telfon ibu saya pak"

Alvarez mendongak, mengusap wajahnya kasar. "Ini bukan kali pertama ya saya peringati kamu. Saya selalu bilang jangan pernah pegang handphone saat jam kerja, kalaupun itu memang benar-benar penting, yaudah angkat telfon tapi disamping Skala, jangan malah kamu pergi gitu aja, saya udah kasih kamu keringanan kan. Apa kurang gaji kamu selama ini?, bilang!!, saya bisa gaji kamu 10× lipat dari harga handphone kamu itu" ucap Alvarez

"Ingat ya. Kapan saya pergoki kamu kasih tontonan dari handphone buat anak saya, saya gak sungkan-sungkan buat kembalikan kamu ke yayasan" ucap Alvarez

"Dan sampai kejadian seperti hari ini terulang lagi, gak segan juga buat saya laporin kamu ke pihak berwajib" lanjut Alvarez

"JELAS" Tegas Alvarez

"Jaga Skala" ucap Alvarez, lalu pergi meninggalkan baby sitter di depan ruang tunggu seorang diri

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang