77 "PIGURA"

42 2 0
                                    

Alvarez langsung pergi meninggalkan Alana begitu saja, setelah mengucapkan perkataan tersebut.

"Sampe kapan pun gue gak bakal lepasin Alana, karena gimanapun nyawa harus bayar nyawa" gerutu Alvarez, yang sedang berbaring di kasur big sizenya

Sedangkan disisi lain, Alana kini sedang berfikir kritis mengenai perubahan sikap Alvarez kepadanya baru-baru ini.

"Mas Al kenapa ya?" Tanyanya seraya menghapus make up didepan kaca.

"Apa jangan-jangan masih marah karena waktu itu?" Batinnya, mematung seketika

Setelah mengingat hal tersebut, Alana dengan cepat membersihkan wajahnya dan langsung naik ke lantai atas untuk menemui suaminya.

"Tok,,,,tok,,,,tok,,,," ketukan dari tangan Alana

"Mas, mas Al" panggil Alana, dibalik pintu kamar Alvarez

"Mas" panggilnya lagi

Alvarez membuka pintu. "Ngapain lagi sih"

"Aku mau ambil baju mas" ucap Alana, hendak melangkahkan kakinya kedalam

"Siapa yang suruh naro baju di lemari saya?" Tanya Alvarez

"Bukannya itu udah seharusnya ya mas" jawab Alana, membuat Alvarez semakin menatapnya tajam

"Cepet" singkat Alvarez, dingin

Alana masuk dan mengambil satu pasang pakaian nya.

"Bawa keluar semua baju kamu" perintah Alvarez, seraya memutar bola mata malas

"Pake apa mas, kopernya kan ada dikamar aku" ucap Alana

Alvarez menghembuskan nafas panjang. "Kayaknya kamu beneran gak punya otak. Ngapain kemarin dibawa kalo gak ada bajunya"

"Kan kamu yang suruh bawa kemarin" ucap Alana, membuat Alvarez diam seketika

Alana berjalan menuju kamar mandi, namun tiba-tiba tangannya di cengkal oleh Alvarez.

"Aku mau ke kamar mandi mas" ucap Alana

"Harus kamar saya?" Tanya Alvarez

"Terus kemana lagi?" Tanya Alana ganti

"Kamu pikir rumah sebesar ini, kamar mandi cuma ada dikamar saya" ucap Alvarez

"Ya aku kan gak tau, dari pertama aku kesini, ya cuma kamar mandi di kamar kamu aja yang aku tau" ucap Alana

"Setiap ruangan disini itu ada kamar mandinya" ucap Alvarez, sinis

"Tapi di kamar aku gaada" ucap Alana, dengan ekspresi wajah menggemaskannya

Alvarez dibuatnya geram, sehingga ia memilih untuk berjalan turun, menelusuri tangga.

Alana langsung bergegas membuntuti suaminya. "Mas mau kemana?"

Alvarez masuk ke dalam kamar Alana dan membuka pintu kamar mandi, yang memang pintu tersebut di desain layaknya seperti pintu lemari yang berada antara samping kanan dan kirinya.

"Ini apa?" Tanya Alvarez, tidak lupa dengan matanya yang seperti elang

Alana seketika tersenyum. "Oh ini pintu kamar mandi ternyata, aku kira ini lemari semua mas, lagian sih ngapain dibikin begini, buat orang bingung aja"

"Dasarnya emang kampungan" ucap Alvarez, lalu keluar dari kamar Alana

Alana mengejar Alvarez. "Mas, mas, tunggu dulu mas"

Alvarez berhenti didepan pintu kamar Alana dan berbalik badan.

"Apa lagi sih?" Tanya Alvarez, seraya menekuk kedua alisnya

"Kamu gimana, sakitnya udah mendingan?, tadi obatnya udah diminum belum?, kalo masih gak mempan nanti kita ke dokter aja ya" ucap Alana

"Terus kondisi tangan kamu gimana mas, kok kamu lepas perbannya, emang gak perih?" Lanjut Alana

"Udah?" Tanya Alvarez, lalu kembali berjalan naik menuju lantai atas

"Mbak Alana, mas Al, tunggu" teriak Ninin, seraya berlari

Alvarez yang baru saja menaiki dua anak tangga itupun, seketika diam ditempat.

"Ada apa Nin?" Tanya Alana

Ninin menyerahkan sebuah pigura berukuran 75 X 100 kepada Alana.

Alana tersenyum ria. "Udah jadi, cepet ya"

"Iya mbak, sebenarnya udah dateng dari tadi sore, cuma karena mbak Alana sama mas Al gak ada dirumah, jadinya baru sempet sekarang kasihnya" ucap Ninin, seraya mengatur nafasnya

"Liat deh mas foto pernikahan kita, bagus ya hasilnya, enaknya dipajang dimana ya mas" ucap Alana bungah, dengan melihat sekeliling dinding rumahnya

"Mas boleh tolong bantu pasangin gak?" Tanya Alana

Alvarez kembali mendekati Alana dan Ninin.

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang