57 "OVER THINKING"

48 4 0
                                    

"Saya kerja. Emangnya kayak kamu cuma makan tidur, makan tidur, kamu itu disini bukan ratu. Saya gak ijinkan kamu kerja bukan berarti kamu dirumah cuma makan tidur aja" ucap Alvarez

Alvarez memberikan tatapan elangnya. "TAU NGGAK" bentaknya, membanting keras bantal yang digenggamnya itu ke lantai

Alana seketika terkejut dan hanya bisa menunduk, entah apa yang harus dilakukannya saat ini, ia sangat takut jika Alvarez sampai bermain tangan kepadanya.

Alvarez berlalu begitu saja, meninggalkan Alana sendirian di ruang tamu.

Alana kini berusaha berjalan ke dapur, membuatkan sarapan untuk suaminya, dengan posisi badan yang masih benar-benar bergetar, disertai dengan keringat yang sedari tadi tidak henti-hentinya mengalir.

Alvarez yang berada sendirian dikamar itu, kini bersiap untuk mandi, ia mengeluarkan satu persatu barang yang ada pada sakunya.

Dan betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa handphone yang tadi diberikan pada mamahnya itu, ternyata adalah handphone utama miliknya, dimana di dalam handphone tersebut terdapat riwayat chat dan panggilan dirinya dengan Alana, bahkan riwayat chat bersama vendor pernikahan mereka saat itu, hingga kini belum ia hapus sama sekali. Lebih parahnya lagi Alvarez tidak mengaktifkan fingerprint ataupun password lainnya.

Alvarez menghentak keras meja dengan telapak tangannya. "Bodoh,,,, bisa-bisanya ke tuker" lirihnya kesal

"Gue harus balik sebelum mamah tau semua isinya" batin Alvarez, berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi yang berada dalam kamarnya untuk membersihkan diri

Disisi lain, kini Alana sedang melamun, entah apa yang sedang bergemuruh dalam pikirannya.

"Mas Al kenapa ya, bukannya dia sendiri yang gak boleh pake sebutan saya-kamu kalo lagi ngobrol sama aku, tapi kenapa dia malah ngomong pake sebutan itu" batin Alana bertanya-tanya

Tanpa disadari telur omelette yang sedang dimasaknya itu, hampir saja gosong.

"Ya Allah" kejutnya yang baru saja berbalik badan, dengan cepat Alana langsung mengangkat telur tersebut

"Overcook lagi, ini pasti rasanya kurang" gerutu Alana, saat melihat penampilan telur omelette hasil masaknya

"Lagian kenapa sih, Alana tolong deh stop over thinking, mungkin mas Al lagi kecapean" lirih Alana menasehati dirinya sendiri, dengan memijat sedikit dahinya

"Buat baru aja deh" ucap Alana, kembali menyiapkan ulang bahan masaknya

Kini semua hidangan telah siap diatas meja makan, begitu juga dengan Alana yang sedari tadi sudah siap untuk menyantap sarapan pagi bersama Alvarez.

"Sarapan dulu mas" ucap Alana, saat menyadari keberadaan Alvarez yang baru saja turun dari lift, dengan jas merah maroonnya

"Buru-buru" ucap Alvarez dingin, dengan tangannya yang sangat sibuk merapikan dasi

Alana berdiri dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah Alvarez.

"Sini aku bantuin" ucap Alana, hendak memegang dasi Alvarez

Alvarez menjauh dan menolaknya. "Gak perlu"

"Yaudah. Tapi sarapan ya mas, sarapan itu penting" ucap Alana

Alvarez menatap Alana datar. "Harus pake bahasa apa saya ngomongnya"

"Sarapan mas, aku suapin ya atau mau aku bawain bekal" bujuk Alana lembut, dan tidak menyerah sampai situ saja

Alana mengambil piring yang berisi masakannya. "Aku suapin ya, Aa,,,," ucap Alana, mendekatkan sendok berisikan makanan itu tepat di depan mulut Alvarez dan mengisyaratkan agar Alvarez membuka mulutnya

Alvarez yang diperlakukan seperti itu, justru malah menepis tangan Alana, yang mana jari-jarinya sedang menggenggam sendok, sehingga membuat sendok itu terjatuh ke lantai.

Alvarez kembali menatap Alana tajam, disertai dengan jari telunjuknya diarahkan tepat di depan wajah Alana.

"Kamu paham gak kata buru-buru?, abisin aja sendiri masakan kamu itu. Lagian saya juga udah sarapan, dan saya pastikan semua makanan yang masuk ke dalam perut saya lebih bergizi, jauh dari masakan yang kamu buat" ucapnya lantang, dengan menekan kata bergizi

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang