27 "CEMAS"

126 12 0
                                    

"Uhuk,,,,uhuk,,,,uhukk,,,," batuk mereka setelah berhasil menerjang asap beserta apinya

Setelah meletakkan Alana, mereka pun terduduk dan mengatur nafas .

"Papah, papah saya dimana?" Tanya Alana

"Pak Hendra dibawa ke rumah sakit buk" ucap salah satu warga

"Hey, kamu mau kemana?" Tanya Alvarez saat melihat Alana kembali berdiri

"Saya harus ke rumah sakit pak" ucap Alana membuat Alvarez juga ikut bangkit dari duduknya

"Biar saya yang antar kamu ya" ucap Alvarez

"Iya pak" ucap Alana Lalu berjalan terburu-buru, disusul dengan Alvarez di belakangnya

Kali ini Alana tidak bisa menolak antaran dari Alvarez, sebab sudah tidak ada lagi waktu untuk menciptakan drama tersebut, ia sudah terlanjur khawatir akan keadaan Hendra, sang papah.
Dan tidak ada lagi yang ia pikirkan selain bagaimana kondisi Hendra di rumah sakit saat ini.

"Ini tissue basah, buat bersihkan wajah kamu" ucap Alvarez dengan memberikan tissue basah kepada Alana

"Iya pak, terimakasih" ucap Alana lalu mengelap wajahnya dengan tissue basah, begitu juga sebaliknya dengan Alvarez

Tidak lama dari itu akhirnya mereka pun telah sampai dirumah sakit dan Alana langsung menuju resepsionis.

"Permisi sus, pasien atas nama Hendra Laures berada dimana?" Tanya Alana tergesa-gesa

"Sebentar ya Bu, saya cek dulu" jawab suster

"Untuk saat ini bapak Hendra Laures belum dipindahkan ke ruang inap buk" ucap suster setelah mengecek data Hendra

"Lalu sekarang ada dimana sus?" Tanya Alana

"Sekarang beliau sedang ditangani di IGD buk" jawab suster tersebut

"Terimakasih informasinya" ucap Alana lalu berjalan tergesa-gesa menuju IGD, diikuti Alvarez

"Mah, papah gimana mah" cemas Alana yang baru saja menemukan keberadaan mamahnya

"Papah belum sadarkan diri nak, dokter sama suster juga belum keluar dari tadi" ucap Laras

"Ya Allah papah" ucap Alana sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya

"Kamu tenang dulu, duduk dulu, semoga sebentar lagi dokter keluar" ucap Alvarez yang melihat Alana sedari tadi berjalan mondar-mandir

"Iya pak" ucap Alana menuruti perkataan Alvarez, ia duduk disamping Laras dengan rasa cemas yang terus menghantuinya, disusul juga oleh Alvarez duduk disamping kirinya

"Keluarga bapak Hendra Laures" ucap dokter yang baru saja membuka pintu

Setelah cukup lama mereka menunggu akhirnya dokter pun keluar,

Alana dan mamahnya menatap bola mata dokter dengan penuh harapan, berharap semoga dokter itu membawa kabar yang tidak luput dari kalimat yang dapat membuatnya tenang.

"Saya, saya istrinya dok" ucap Laras, bangkit dari duduknya

"Bagaimana kondisi papah saya dok?" Tanya Alana

"Jadi begini buk, pak Hendra tidak mengalami luka yang cukup berat dan Alhamdulillah sudah siuman, hanya saja pernafasannya sedikit terganggu sebab asap berbahaya yang beliau hirup terlalu berlebihan itu membuatnya sesak, dan untuk saat ini masih harus menggunakan alat bantu pernafasan" jelas dokter 

"Tapi itu berpengaruh ke paru-paru buruk nya tidak dok?" Tanya Alana

"Setelah saya lalukan pemeriksaan tadi, syukurlah paru-paru pak Hendra sejauh ini baik-baik saja karena asap yang mengendap di dalamnya tidak terlalu banyak, tapi saya juga tidak bisa memastikan untuk kondisi paru-paru beliau ke depannya" jawab dokter

"Dan setelah ini pak Hendra dapat dipindahkan ke ruang rawat inap" lanjut dokter

"Alhamdulillah" ucap Alana dan Laras merasa sedikit tenang

"Apa sudah diizinkan untuk masuk dok?" Tanya Laras

"Sudah buk, tapi bergantian dan setiap masuk maksimum satu orang saja" jawab dokter dibalas anggukan kecil oleh Laras

"Kalau begitu saya permisi pak, Bu" ucap dokter kepada Alvarez, Alana dan juga Laras

"Iya dok silakan, terimakasih sekali lagi" ucap Alana

"Silakan" timpa Alvarez

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang