79 "HUBUNGAN YANG PECAH"

39 2 0
                                    

"Mas Al kan bisa telfon sendiri, punya hp kan" ucap Ninin, tentu membuat Alvarez langsung menatapnya tajam

"Iya mas, ini Ninin telponin" ucap Ninin, ketakutan

"Diangkat gak?" Tanya Alvarez

"Enggak mas, Ninin coba telfon lagi ya" ucap Ninin, seraya mengotak-atik handphonenya

"Gak diangkat mas, udah 3 kali loh ditelfon, atau jangan-jangan di dalem mbak Alana,,,," ucap Ninin, sengaja ia gantung

Alvarez paham akan lanjutan dari perkataan Ninin itu, sehingga membuat dirinya kini tidak mau berfikir panjang lagi.

"Dobrak aja" singkat Alvarez

Alvarez berulang kali menabrakkan badannya dengan keras, ke arah pintu yang terkunci kuat itu, dan untuk yang kesekian kali, akhirnya pintu itupun terbuka.

"Mas Al. Ninin" lirih Alana, yang baru saja bangun dari alam bawah sadarnya

"Sakit apanya, orang enak enakan tidur begini" tegas Alvarez, baru saja masuk

"Mas Al jangan gitu dong" ucap Ninin

"Emang bener kan, kata kamu tadi gak bisa jalan, tapi apa?, itu buktinya bisa nutup pintu sendiri" ucap Alvarez, menyindir Alana

"Aku gak nutup pintu dari semalam mas, aku juga gak tau kalo pintunya nutup" ucap Alana lembut

"Kena angin paling mbak. Mas Al ini udah buruk sangka aja, mas Al gak percaya kalo istrinya sakit?" Tanya Ninin

"Ini apa kalo gak sakit mas" ucap Ninin, seraya membuka selimut yang menutupi bengkaknya telapak kaki Alana

Alvarez seketika terdiam, saat melihat betapa merah dan bengkaknya kaki kiri istrinya.

"Kok bisa sampe begitu" lirih Alvarez, yang tak sampai hingga kuping Alana

"Ini karena mas Al, coba aja semalem mas Al gak jatuhin pigura" ucap Ninin

Alvarez mendekat ke arah Alana, yang kini sedang duduk bersandar diatas ranjang.

"Aku cuma mau selametin foto pernikahan kita mas" ucap Alana, mendongakkan kepala

"Percuma. Kamu tau kenapa?, karena nantinya yang pecah gak cuma piguranya, tapi juga hubungan di dalamnya" ucap Alvarez

Alana membelalak. "Kok ngomongnya gitu mas"

"Lihat aja nanti" ucap Alvarez, tersenyum sinis

"Mas Al mending bawa mbak Alana ke rumah sakit sekarang, takutnya malah makin parah nanti" gerutu Ninin

"Lebay, cuma gitu aja" ucap Alvarez, menyepelekan

"Mas. Itu belingnya masuk ke telapak kaki mbak Alana loh, gak bisa diambil kalo gak dibawa kerumah sakit" bantah Ninin

"Lagian udah tahu beling ngapain di injek, bodoh banget" ucap Alvarez, memutar bola mata malas

Hati Alana sebenarnya teriris, mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut suaminya.

"Ambilin kursi roda, cepet" perintah Alvarez, kepada Ninin

"Gak ada kursi roda mas" ucap Ninin

Alvarez menatap Ninin, dengan kedua alis tebalnya yang sudah naik itu. "Kata siapa?"

"Mas Al lupa apa, kursi rodanya kan udah rusak karatan, terakhir dipake sama ib—" ucap Ninin, tergantung

Alvarez dengan cepat menginjak kaki Ninin, seraya memperlihatkan mata elangnya, mencegah Ninin agar tidak meneruskan perkataannya itu.

"Aww,,,,, awwss,,,, sakit mas Al" ucap Ninin, memanyunkan bibirnya

"Panggilin yanto, cepet" perintah Alvarez, lagi

"Pak Yanto keluar mas" ucap Ninin

"Kemana?" Tanya Alvarez, sinis 

"Gak tau lah" balas Ninin

"Lihat siapa aja yang ada di garasi mobil" perintah Alvarez

"Mau nyuruh apa sih mas, kalo buat siapin mobil aja Ninin juga bisa" ucap Ninin

"Ninin siapin sekarang ya" lanjut Ninin, melangkahkan kakinya dengan semangat

"Siapa yang suruh siapin mobil?" Tanya Alvarez, tidak lupa dengan muka dinginnya itu

"Terus, mas Al suruh Ninin manggil sopir buat apa?" Tanya Ninin, kembali

"Suruh buat gendong Alana" jawab Alvarez, membuat pasang mata yang berada disana keheranan

"Mas t—" ucap Ninin

"Tapi apa?, kamu kuat gendong dia?, gendong sana kalo bisa" ucap Alvarez

Ninin menggeleng. "Jangan lah mas, masa mbak Ala—"

Alvarez memotong perkataan Ninin lagi dan kali ini menggunakan nada yang cukup keras. "CEPET PANGGIL"

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang