25 "NEKAT"

133 18 0
                                    

"Uang bisa dicari pah, tapi nyawa nggak ada yang bisa ganti. Lagian percuma kalau papah masuk mobil-mobil disana juga udah ludes terbakar" ucap Alana yang juga ikut menangis

"Gak, gak bisa papah harus selamatkan" ucap Hendra menerobos lari dari kepungan warga yang menahannya dan nekat memasuki showroom yang dikelilingi bara api

"Pah, papah pahh" teriak Alana

"Papah pahh" teriak Laras

"Aku harus susulin papah mah, aku takut papah kenapa-napa di dalam" ucap Alana

"Alana kamu mau kemana, jangan nak" ucap Laras

"Booom,,,," terdengar suara ledakan yang cukup keras membuat semua orang yang berada diluar sana terdiam mematung

"Mamah denger itu barusan ada suara ledakan mah, gimana kalau papah kenapa-napa, gimana kalau papah kena ledakan itu" ucap alana

"Jangan Alana, dengerin mamah nak" ucap Laras menangis

"Mamah percaya kan sama aku, aku akan kembali dengan membawa papah mah, mamah tenang disini" ucap Alana juga meneteskan air mata dan tak lama setelah itu ia berlari menyusul Hendra

"Alana,,,Alana" jerit sang mamah namun tidak dihiraukan oleh Alana justru ia malah berlari mendekati bara api itu untuk mencari dimana keberadaan sang papah

"Pah uhuk,,,,uhukk,,,papah dimana pah uhuk,,,," teriak Alana,

Karena banyaknya asap di bangunan itu membuat insan yang berada di dalamnya batuk dan tidak dapat melihat sekeliling dengan jelas.

"Ya Allah Alana" kejut Alvarez saat melihat Alana nekat berlari memasuki showroom

Alvarez tanpa basa-basi langsung membasahi tubuhnya dengan air yang dibawa oleh warga lalu ia bergegas berlari menyusul Alana dan Hendra yang dikelilingi oleh bara api.

"Alana,,," jerit Alvarez

"Kamu dimana Alana uhukk,,," lanjutnya

"Pah ayo pah kita keluar pah, disini bahaya" ucap Alana, akhirnya kini mengetahui keberadaan sang papah setelah beberapa waktu lama mencarinya

"Kamu kenapa susulin papah nak, uhuk,,,,uhuk,,,,udah sekarang kamu keluar disini nggak baik untuk kamu" ucap Hendra

"Nggak bisa, kita harus keluar bareng-bareng pah" ucap Alana

"Papah masih harus ambil uang yang ada ruangan itu nak" ucap Hendra dengan menunjuk salah satu ruangan yang telah dirambati api

"Disana apinya besar pah bahaya udah ayo kita keluar, kasian mamah diluar khawatir nungguin kita" ucap Alana

Akhirnya Hendra meninggalkan tempat itu, dengan berat hati ia harus merelakan semua hartanya di lalap habis oleh sijago merah.

"Hati-hati pah, kita cari pintu keluarnya ya" ucap Alana berjalan mencari pintu keluar bersama papahnya

Belum ada tiga langkah mereka berjalan, tiba-tiba saja dari kejauhan sana terlihat benda bulat dengan seukuran ban mobil, berbalut api tengah berguling-guling kearahnya.

"Itu apa pah" kejut Alana

"Papah juga nggak tau, kita harus menghindar dari itu" ucap Hendra juga tidak mengetahuinya pasalnya benda tersebut tertutup oleh bara api

Namun apalah daya kini mereka telah dikelilingi oleh sijago merah membuatnya sulit untuk bergerak dengan leluasa, dan mereka hanya bisa perlahan mundur untuk menghindar.

"Pah kita harus kemana lagi pah, samping kanan dan kiri kita udah dikelilingi api" ucap Alana

"Kita kebelakang nak, mundur ke tembok" ucap Hendra dengan menggenggam tangan Alana erat untuk mengajaknya menjauhkan diri dari benda itu

"Ini kita udah dipojok pah" ucap Alana semakin panik saat ia sudah sangat berdempetan dengan tembok

"Pa-pah udah gak ku-kuat nak" ucap Hendra tiba-tiba sesak nafas

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang