38 "MEYAKINKANMU"

67 9 0
                                    

Alvarez tersenyum. "Saya minta maaf, kesannya saya terlihat seperti buru-buru. Tapi, menurut saya suatu hal yang bertujuan baik itu sebaiknya jangan ditunda-tunda" ucap Alvarez

Hendra mengangguk. "Benar juga apa yang dikatakan pak Al. Saya setuju, ya semoga papah udah bisa pulang dari rumah sakit besok ya" ucapnya

"Kalau masih belum sembuh sepenuhnya jangan dipaksain buat pulang pah" ucap Alana

Hendra menggeleng, tersenyum. "Demi anak papah, papah pasti sehat"

"Oh...iya, papah udah makan belum?, obatnya udah diminum?" Tanya Alana

"udah...." Jawab sang papah

"Mamah udah makan mah?" Tanya Alana

"Udah sayang" jawab Laras

"Mah, pah aku keluar dulu ya" ucap Alana dan setelah mendapat respon ia langsung berjalan keluar

Alana terduduk di kursi, kedua lututnya menopang kedua tangan yang sedang mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa?....." Tanyanya dengan mengusap bahu Alana. "Cerita sama aku" tawarnya

"Kenapa, hem...." Tanyanya lagi dibalas gelengan kecil oleh Alana

"Kenapa lamarannya harus dilakukan secepat itu mas, kitakan baru kenal" ucap Alana

Alvarez tersenyum tipis "Aku udah bilang kan, karena aku pengen kenal kamu lebih jauh" ucap Alvarez

Alana mulai berkaca-kaca. "Apa kamu gak takut kalau kecewa nantinya mas?"

"Kenapa takut?, kita harus berani mengambil keputusan, dan saya tidak peduli tentang masa lalu kamu. Kita tinggalkan yang lama dan berani memasuki yang baru dan tidak akan ada kekecewaan. Jika, suatu hubungan mempunyai dasar cinta yang tulus" jawab Alvarez

Alvarez membelai rambut Alana. "Aku mencintai kamu dan nggak tau kenapa rasa ini bisa tumbuh secepat itu" lanjutnya

Alana menepis kasar air mata yang hampir Menetes di pipinya. "Kamu yakin kalau yang tumbuh di hati kamu itu rasa cinta?" Tanyanya dengan menatap Alvarez

Alvarez mengangguk. "Aku yakin. Kenapa tidak." Alvarez mulai mengelus rambut Alana. "Alana lihat aku, apa ada kebohongan yang terlihat Dimata aku?" Tanya Alvarez

Alana menatap lama Alvarez, mencari kebohongan dimatanya.

"Ada?" Tanya Alvarez. Alana pun menggeleng menandakan kebohongan itu tidak ditemukan olehnya

"Tapi sikap kamu yang terburu-buru itu membuat aku ragu dengan semua ini" ucap Alana kembali meneteskan air mata

"Aku minta maaf dengan sikap aku yang seperti itu membuat kamu meragukan keseriusanku" ucap Alvarez mengusap air mata yang menetes di pipi Alana dengan jari jempolnya. "Tapi aku juga nggak maksa kamu, kalau memang kamu minta lamarannya diundur, gapapa kita undur" lanjutnya

Alana menggeleng. "Gak perlu kita undur. Sebagai calon istri kamu, saya ingin menghargai keputusan yang kamu ambil" ucap Alana

"Saya minta maaf ya mas, kalau perkataan saya barusan buat sakit hati" ucap Alana merasa bersalah

Alvarez mengambil tangan Alana. " nggak.... Siapa yang sakit hati, justru aku suka kamu bisa ngomong secara terbuka ke aku, hal seperti itu yang akan membawa pengaruh baik untuk rumah tangga kita kelak. Dan aku yang seharusnya meminta maaf karena buat kamu gak nyaman dengan sikap aku" ucapnya

"Saya yang salah disini" ucap Alana

Alvarez menggeleng. "Udah lupakan" ucapnya

"Dan mulai sekarang tidak boleh ada saya-kamu, saya-kamu kalau bicara sama aku" ucap Alvarez, menunjukkan mimik wajah yang tidak bisa diutarakan

"Aku. Kamu." tegas Alvarez. "Kalau lagi ngomong sama aku pakai aku-kamu, aku dan kamu. Karena kita udah bukan lagi sekedar bos dan karyawan. Tauu?" Tanya Alvarez

Alana tersenyum. "Iya......"

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang