80 "OPERASI"

43 4 5
                                    

"Iya, iya, iya mas, Ninin ke garasi sekarang" ucap Ninin, langsung berlari

"Mas Al sebenarnya gimana sih, dia nikah buat apa coba" gerutu Ninin, disepanjang jalan

"Dimana-mana itu istri selalu dilindungi suaminya, gak boleh ada sedikitpun lelaki yang boleh nyentuh, walaupun cuma seujung kelingking. Lah mas Al?, malah nyuruh sopir buat gendong istrinya" lanjut Ninin, seraya menggeleng kepala

"Gak bisa, ini gabisa dibiarin" batin Ninin, tampak sedang memutar otak

Langkah Ninin hampir sampai di garasi, namun tiba-tiba ia langsung kembali berlari menuju kamar Alana.

"Mas Al, mas Al" ucap Ninin, yang baru saja datang, tampak sedang mengatur nafas

"Cepet banget" ucap Alvarez

"Di garasi cuma ada pak Harto" ucap Ninin

"Terus kenapa gak kamu panggil dia" ucap Alvarez

"Pak Harto lagi sakit kakinya mas, mana mungkin bisa gendong" ucap Ninin, terlihat meyakinkan

"Kamu jangan bohong ya sama saya" ucap Alvarez, hendak berjalan menuju garasi

"Mas Al udahlah mas, kasian mbak Alana kalo gak cepet-cepet dibawa kerumah sakit, nanti makin parah, sekarang aja udah panas badannya" ucap Ninin, berhasil menangkal langkah Alvarez

"Atau mas Al suruh sopir buat gendong mbak Alana, karena mas Al gak kuat gendong. Ah percuma dong nge-gym tiap hari, otot gede tapi gendong istrinya aja gak kuat" ejek Ninin

Alvarez merasa tertantang atas perkataan asisten rumah tangganya itu, sehingga membuatnya kembali mendekat ke ranjang dan langsung menggendong Alana.
Alvarez membawa Alana keluar dari kamar dan berjalan menuju halaman rumah, dimana mobil yang baru saja dipakainya berada disana.

Ninin yang membuntuti dari belakang itu, segera membuka kan pintu mobilnya.

"Jangan coba-coba nantang saya" ucap Alvarez kepada Ninin, setelah menutupkan pintu untuk Alana

Alvarez lalu masuk dan duduk di kursi pengemudi, yang mana Alana berada tepat disampingnya.

"Dipake sabuknya" ucap Alvarez, dingin

Alana tampak tak berdaya, jika sabuk pengaman yang keras itu, harus berkelahi dengan tangan lemas nya.

Alvarez terpaksa membantu mengenakan sabuk pengaman pada istrinya, jaraknya hanya tinggal beberapa cm dari wajah Alana, hembus nafas Alana yang hangat dapat dirasakan oleh Alvarez dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, membuat Alvarez langsung mengundurkan diri dan menyalakan mesin mobilnya.

Disepanjang jalan mereka hanya diam, tidak ada yang berusaha membuka percakapan. Perkataan Alvarez yang tadi, terus menghantui kepala Alana, hingga akhirnya.

"Maksud ucapan kamu tadi apa mas?" Tanya Alana, sangat berhati-hati

"Kalo kamu pengen pernikahan kita hancur, terus apa tujuan kita nikah?" Tanya Alana, lagi

Alvarez hanya diam, tidak menjelaskan sepatah kata apapun.

"Mas Al. Bisa kamu jawab aku mas" ucap Alana

Namun masih saja tidak ada balasan.

"Mas" panggil Alana, pelan

Alvarez menghembuskan nafas beratnya

"Mas Al" panggilannya lagi, dengan sangat lembut

"BRISIK!!, BISA DIAM GAK?" Bentak Alvarez, dengan mata elangnya yang tak pernah absen.

Alana pun sontak terdiam, menunduk.

Tidak lama dari itu, mereka pun telah sampai di rumah sakit dan Alana langsung ditangani oleh dokter.

"Ibu Alana harus menjalani operasi kecil pak, karena terdapat sisa tancapan kaca yang tertinggal cukup dalam di telapak kakinya, sehingga membuat kakinya bengkak" ucap sang dokter

"Apa tidak ada alternatif lain dok, selain operasi?" Tanya Alana, yang terbaring diatas ranjang

"Tidak ada Bu" jawab dokter tersebut

"Yaudah. Saya setuju jika harus dilakukan operasi" sahut Alvarez

Alana seketika menatap ke arah Alvarez, yang berdiri tepat disamping hospital bed. "Mas"

"Mas aku gamau operasi. Takut" bisik Alana

"Cuma operasi kecil" singkat Alvarez

"Silakan tanda tangan disini" ucap sang dokter

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang