46 "AIR PANAS"

67 5 0
                                    

Alvarez menoleh ke arah Alana. "Pakai. oiya,,,,ketinggalan di mobil ya" ucap Alvarez seketika menghentikan obrolannya dengan sang fotografer, sesaat ketika menyadari terdapat barangnya yang tertinggal di dalam mobil

"Ini udah aku ambilin" sahut Alana cepat, sebelum Alvarez hendak melangkahkan kaki ke arahnya yang berada di mobil

Alana berjalan menghampiri Alvarez. "Sini aku pasangin" ucap Alana, membuat Alvarez menyodorkan tangan kirinya

Alana dengan teliti memasangkan jam tangan yang bernominal lebih dari 11 digit angka itu, ditangan kiri milik calon suaminya.

"Fotonya sudah bisa dimulai mas" ujar fotografer

"Iya" ujar Alvarez

"Kamu udah siap kan?" Tanyanya pada Alana

Alana mengangguk kecil, diikuti dengan senyuman manisnya. "Udah"

Alvarez menggandeng tangan Alana, membawanya ke tempat view terindah yang diarahkan sang fotografer mereka.

2 jam berlalu. Waktu kini menunjukan tepat pada pukul 07.30

Alvarez yang sedari tadi sedang fokus melihat hasil potretannya dengan Alana, kini ia baru menyadari bahwa Alana sedang memeluk tubuhnya sendiri.

Alvarez menghampiri Alana. "Kenapa?" Tanyanya dengan sedikit membenarkan rambut Alana yang berantakan karena tiupan angin

"Dingin banget mass" ucap Alana menggigil

Sebenarnya sudah sedari tadi Alana menyimpan rasa itu, namun kali ini sudah tak tertahan pasalnya baju yang dikenakan Alana untuk pemotretan kali ini sedikit terbuka dan hal itu tentu saja membuatnya semakin merasa kedinginan dari sebelumnya.

Alvarez kini dibuatnya sangat cemas. "Sebentar ya kamu tunggu sini dulu"

Alvarez berlari menuju mobil, mengambil air panas yang sebelumnya memang sudah disiapkan oleh Alana di dalam termos kecil.

"Ini terlalu panas, aku campur sedikit air dingin ya" ucap Alvarez yang baru saja kembali

"Gausah mas, ini kalau ditubuh aku mungkin gak terlalu panas" ucap Alana menuntut tangan Alvarez agar air di dalam termos itu cepat dimasukan dalam tubuhnya, karena ia sudah tidak kuat, ingin segera menghangatkan badannya

"Mbaknya kedinginan ya mas?" Tanya sang fotografer yang baru saja menghampiri mereka

"Iya" jawab Alvarez singkat

"Menurut prediksi cuaca di gunung hari ini memang lebih dingin dari biasanya, makanya saya tadi pakai baju berlapis-lapis" ucap sang fotografer

"Ini sudah selesaikan pemotretannya?" Tanya Alvarez kepada fotografer tersebut

"Sudah mas" jawab sang fotografer

"Yaudah nanti saya transfer untuk biaya pelunasannya ya" ucap Alvarez, masih sibuk dengan Alana

"Iya mas. Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya mba, mas" pamit sang fotografer

"Iya terimakasih" ucap Alvarez

"Kamu gak kepanasan?, ini panas banget loh?" Tanya Alvarez heran pasalnya sedari tadi Alana meneguk air panas itu dengan sangat lancar, layaknya air dingin

Alana hanya menggeleng dan masih menikmati tegukan demi tegukan air yang sangat panas itu.

"Biar aku yang pegang sendiri termosnya mas, biar tangan aku anget" ucap Alana

"Bisa?" Tanya Alvarez ragu

"Bisa,,,," jawaban Alana berhasil menyakinkan Alvarez dan membuat Alvarez perlahan mulai menjauhkan jari-jarinya dari badan termos tersebut

"Mas,,,,," sontak Alana terkejut

Tangannya yang bergetar dan menggigil itu ternyata tak mampu untuk menggenggam termos dengan erat, alhasil termos itupun jatuh dan isi didalamnya tumpah mengenai tangan calon suaminya.

Alvarez mengibaskan tangannya. "Arghhh,,,,,,,," erangan kecil Alvarez, hampir tak terdengar ditelinga Alana

Alana seketika panik. "Mas. Mas kamu gapapa?"

"Gapapa, gapapa" ucap Alvarez. Berusaha menenangkan Alana, sekalipun kulit lapisan luar di tangannya terlihat mengelupas

Alana menunduk dan memasang wajah bersalahnya. "Aku minta maaf ya mas"

Alvarez sedikit mengangkat dagu Alana. "Hei, jangan gitu dong. Aku malah yang minta maaf karena air nya sekarang jadi ke buang sia-sia"

"Nggak mas aku yang salah mas, kalau aku tad–" ucap Alana, seketika dihentikan oleh jari telunjuk Alvarez yang berada tepat di depan bibirnya

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang