14 ''HISTERIS"

484 84 1
                                    

"Ngapain juga Lo kasih" ucap Alana seakan ia marah terhadap Rere

"Itu suruhan pak Al lohh naa, kalau nggak gue kasih bisa-bisa dipecat gue dari sini"ucap Rere sedikit ngegas

"Iya....iya...cuma bercanda nggak usah ngegas juga kali" ucap Alana sambil tertawa

Disisi lain Alvarez berada didalam ruangan nya sedang melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan?

"Lakuin nggak ya" tanyanya pada dirinya sendiri karena memang tidak ada satu orang pun didalam ruangan itu

"Ayolah masa seorang Alvarez Ravendra ragu dalam mengambil keputusan" lirih Alvarez yang sedang bimbang

"Mikir yang jernih Al, ayo Al, lo harus bisa ngambil keputusan yang tepat" gerutu Alvarez kepada dirinya sendiri

"Tokk....tok...tok...." ketukan pintu dari tangan manusia pastinya

"Masuk" ucap Alvarez singkat

"Permisi pak, ini ada beberapa dokumen yang harus bapak tanda tangani'' ucap Devan

"Kamu taruh situ" ucap Alvarez sambil menunjuk meja depanya

"Van tolong Carikan saya satu tiket pesawat tujuan Malaysia kalau ada sekitar pukul 17.00 sore" perintah Alvarez

"Baik pak, segera saya Carikan" ucap Devan

"Kalau begitu saya permisi pak" lanjut Devan dibalas anggukan oleh Alvarez

*3 jam kemudian*

Pesawat yang dinaiki Alvarez berhasil lepas landas dan sesampainya di Malaysia pukul 19.00, Alvarez langsung bergegas menuju tempat dimana sang mama berada.

"MAMA" panggil Alvarez

"My son" Rani langsung memeluk anaknya

"Gimana kabar mamah?" Tanya Alvarez

"Alhamdulillah mama sehat seperti yang kamu lihat sayang" jawab Rani

"Mama rindu sekali sama anak mama satu ini" ucap Rani sambil memeluk Alvarez

"Masa udah rindu aja, kan baru 2 hari lalu aku kesini" ucap Alvarez

"Habisnya anak mama ini ngangenin sih" ucap Rani

"Gimana mama bahagia nggak disini?" Tanya Alvarez

"Bahagia sihh banyak temannya juga" ucap Rani

"Ohh iyaa gimana keadaan papah Al?" Tanya sang mamah, membuat hati Al seketika teriris

Ya itulah yang selalu mama Rani tanyakan setiap bertemu dengan putranya.

"Papah baik-baik aja" jawab Alvarez, sebisanya menahan air mata mata yang hampir menetes

Ia membohongi mamahnya namun semua ini ia lakukan untuk proses pemulihan sang mamah atas perintah dokter. 

"Kok kamu nangis Al, papah gapapa kan dirumah, nggak terjadi hal buruk kan sama papah?" Tanya Rani yang sudah mulai histeris dan Alvarez hanya bisa diam

"Al jawab mamah Al" ucap Rani  sambil menangis dan menggoyang-goyangkan bahu Alvarez, hal tersebut membuat Alvarez tak kuasa akan kenyataan saat melihat wanitanya seperti itu

"Mah istighfar mah, papah udah nggak ada mah" jawab Al dengan terpaksa membuat air mata yang ditahannya pecah, sebenarnya ia salah namun ia berfikir sampai kapan ia terus membohongi mamah nya

"Kamu bohong kan Al, papah itu masih hidup Al" ucap Rani sambil tertawa lalu menangis dan
bayangan beberapa tahun lalu muncul kembali tepatnya saat ia melihat sang suami sudah tak berdaya lagi

"Ini nggak mungkin terjadi Al"teriak Rani

"Ini semua bohong kan Al, jawab mama kalau ini nggak benar" ucap Rani tambah histeris dan menangis membuat para suster berdatangan dan membawa Rani kedalam kamar.

Alvarez kemudian pergi kekamar khusus untuk para tamu yang sedang berkunjung dirumah sakit itu, ia pun mulai merebahkan tubuhnya.

"Huhhh......kapan semua ini berakhir tuhan" ucap Alvarez, menarik nafas panjang, bayangan saat sang mamah selalu histeris ketika teringat akan papahnya itu, terus berputar di pikirannya

Cinta Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang