⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 6

17.4K 1K 5
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


Ravin menghela napas lelah. Ia melempar sapu ke sembarangan arah lalu lesehan di atas lantai. Ia baru saja selesai membersihkan kamar asrama mereka, mengelap, menyapu, mengepel, dan membuang sampah mereka ke tempat pembuangan sampah. Lelaki itu sampai berlari-lari mengejar truk pengangkut sampah karena ia telat. Harusnya sampah dari setiap kamar sudah dikumpul paling lambat jam 4 sore setiap dua kali dalam seminggu.

Dan setelah itu juga, dirinya langsung mengisi ulang galon mereka di gedung yang satu. Lelaki itu melepas kecamatanya, menyugar rambutnya yang basah keringat ke atas. Bahkan pendingin ruangan tidak bisa langsung mendinginkan tubuhnya. Jadinya ia mengangkat kaosnya ke atas, hingga memperlihatkan perut rata dengan fourpack yang tidak terlalu jelas.

Selalu seperti ini. Ravin mau tak mau harus membersihkan kamar mereka sendirian. Jika ditanya keempatnya penghuni yang lain, mereka tidak pernah ikut andil. Ravin memilih diam saat tidak ada yang mau piket. Tidak ada niatan juga mengadukan ke pihak sekolah.

Saga, Alkan, dan Levi adalah teman pertamanya. Ditambah lagi dengan kehadiran Laut yang menjadi bos ketiga anak gadungan itu. Walau mereka sedikit menyebalkan dan semena-mena padanya, namun di sisi lain mereka menerima dirinya tanpa memandang apa-apa. Ravin bahkan sering ditolong tanpa diminta. Misalnya dalam keuangan?

Bahkan sang bos dengan santainya memberikannya akses untuk bergabung di geng mereka. Si bos juga sangat royal padanya. Mungkin Laut paham dengan perekonomian? Ya mungkin. Dan dirinya sedikit tahu diri.

Kembali pada Ravin yang sudah selesai membersihkan diri. Lelaki itu duduk di meja belajarnya. Ia masih harus menyelesaikan tugas sekolahnya yang berceceran dimana-mana. Jika Alkan, Levi, Saga, dan Laut satu kelas, dirinya tidak. Selain beda kelas, Ravin juga berbeda jurusan. Lelaki itu memilih jurusan MIPA, XII MIPA 1. Kelas berisi anak-anak yang kemampuan dalam belajarnya sedikit unggul di banding kelas-kelas lain.

"Buku paket gue mana?" gumam Ravin membongkar buku-buku yang memenuhi meja belajarnya. Lelaki itu mengingat-ingat terakhir kali ia memegang bukunya.

"Markas." Ravin yakin jika bukunya ada di markas. Beberapa hari lalu ia menemani Levi yang memindahkan sedikit baju-bajunya di dalam markas. Jadi sambil menunggu lelaki itu berbenah, ia memilih belajar mengingat besoknya ada kuis.

Lelaki itu mau tak mau menjemput bukunya. Ravin turun dari lantai kamar asrama menuju ke gedung yang berdiri di tengah-tengah. Sekolah masih ramai walaupun hampir jam lima sore. Dikarenakan adanya beberapa jadwal kegiatan sampingan siswa, yaitu eskul.

Begitupun dengan Saga dan Alkan yang berada di satu eskul, yaitu karate. Sedangkan Levi berada di club futsal.

Krek

Ravin membuka pintu. Gelap. Lelaki itu meraba-raba tembok, mencari sakelar.

Klik

Akhirnya markas itu terang juga. Lelaki itu menatap sepasang sepatu dan sandal bermotif bunga-bunga yang sudah duluan menapak di rak samping pintu. Ia kenal sepatu itu. Jadi Laut ada di dalam? Tapi bersama siapa?

Ravin tak ingin ikut campur. Lelaki itu segera mencari bukunya di antara bantalan sofa. Lelaki itu menggaruk kepalanya. Tidak ada.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang