⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 41

10.2K 797 8
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________

Mayleen terbangun saat merasakan pergerakan di atas ranjang tingkat mereka. Gadis itu dengan kesadaran yang masih seperempat menyipitkan matanya melihat Teyya turun dari ranjang. Itu memang hal biasa, namun yang tak biasanya terjadi adalah ketika gadis berpotongan rambut pendek itu keluar dari kamar asrama. Tentu saja itu menimbulkan tanda tanya besar untuk Mayleen.

Karena rasa penasaran tinggi, gadis cantik itu mengikuti Teyya dari kejauhan. Sesekali ia menatap sekeliling waspada, takut jika penjaga asrama melihatnya.

Mayleen mengerutkan alis saat Teyya dengan mudah masuk ke dalam markas cocobew. Ahh iya, dirinya hampir lupa jika gadis itu adalah pacar Alkan. Tapi herannya dimana Teyya mendapatkan kuncinya? Apa itu pemberian Alkan juga?

Mayleen dengan bodohnya ikut masuk mengingat Teyya tak menguncinya kembali. Gadis itu kebingungan saat ia tidak melihat jejak Teyya. Kemana gadis itu pergi? Jangan-jangan ke salah satu bilik kamar. Mayleen mengendap-endap, ia mengecek satu persatu bilik, hingga bilik terakhir, milik Laut.

Gadis itu tanpa segan masuk ke dalam. Sesaat ia tertegun karena wangi khas pemilik aslinya menyeruak masuk menyapu inderanya. Lalu matanya menyoroti tubuh Laut yang tertidur pulas di atas ranjang.

Tak diduga-duga ada sebuah tangan membengkap mulutnya dari belakang. Mayleen melotot panik, ia memberontak namun sosok di belakang tak melepaskannya. Bahkan saat gadis itu menggigitnya dengan kencang. Hanya terdengar suara ringisan sebelum orang itu menariknya masuk ke dalam bawah kolom ranjang.

Mayleen membelalakan matanya saat sosok yang membuatnya ketakutan setengah mati adalah Levi. Gadis itu ingin protes namun lelaki yang berada di atasnya itu menutup mulutnya. Levi mendekatkan mulutnya di telinga Mayleen.

"Shutttt diem okey? Diemm." bisik Levi.

Mau tak mau Mayleen mengangguk. Levi melepaskan tangannya. Mayleen ingin membuka mulutnya, namun lelaki itu sudah memberi instruksi untuk diam.

Krek

"Diem." bisik lirih Levi. Mayleen menahan napas dan membuang muka ke samping. Sebuah kaki mulus keluar dari kamar mandi. Sandal bulu itu... Tentu ia mengenali siapa pemiliknya. Itu Teyya.

Gadis itu menatap Levi, namun sialnya hidung keduanya saling bertabrakan. Tetapi lelaki itu tak menatap ke arahnya karena atensinya dicuri oleh Teyya yang semakin mendekati ranjang. Mayleen menelan ludah saat tanpa sadar ia malahan memperhatikan wajah tampan itu.

Merasa diperhatilan, Levi ikut menatap Mayleen. Tatapan keduanya saling mengunci dengan bibir yang terkatup rapat. Mayleen menyentuh dadanya yang kembali bersikap tidak normal. Gadis itu tidak pernah mengalami hal seperti ini jika berdekatan dengan siapapun.

Levi tersenyum kecil membuat jantung Mayleen semakin tak terkendali. Kenapa? Kenapa lelaki itu terlihat manis saat ini?! Itu lah teriakan batin gadis itu walaupun di sisi lain ia membantahnya dengan sangat keras.

Levi merogoh saku celana pendeknya, mengeluarkan sebatang permen rasa mangga. Tanpa menimbulkan suara, lelaki itu membukanya lalu memasukannya ke dalam mulut Mayleen yang terbuka beberapa detik yang lalu.

"Diem." ujar gerakan mulut Levi tanpa suara.

Kemudian mereka sama-sama kompak tenang saat ranjang di atas mereka berderit. Mayleen sedikit tak terima dengan Teyya yang sembarangan. Namun ia harus menahannya. Bukan saatnya protes. Hanya dalam selang beberapa detik, Teyya turun.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang