⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 14

12.5K 865 17
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________



Krekk

Pintu dibuka perlahan-lahan. Kaki Felix melangkah tanpa meninggalkan suara. Di belakangnya, Zeus dan Maxim setia mengekor tanpa mau ketinggalan sedikitpun.

Tit tit tit tit tit

Bunyi Streopyta berdering semakin lama semakin cepat saat tangan Felix mengarahkannya lebih masuk dalam.

"Sebelah sini Lix." ujar Zeus mengarahkan ke arah sofa. Felix mengangguk sambil merogoh kantongnya. Pria tampan itu mengeluarkan sebuah kalung berbandul bulat yang di dalamnya berbentuk bintang yang terlihat antik dan kuno.

Felix mengarahkan kalung itu ke depan, dan ajaibnya bandul kalung itu berputar keras menandakan sesuatu yang negatif bersemayam di atas sofa.
"Max, ambilin gue botol yang ada di tas. Buruan." titah Felix.

Maxim berdecak, ditengah-tengah takutnya sohibnya itu masih saja menyuruhnya. Pria itu membuka tas hitam itu, mengotak-atiknya hingga ia menemukan botol transparan.

Felix mengambilnya, pria itu langsung membuka tutupnya. Dengan gerakan lugas ia meminumnya membuat kedua sahabatnya menganga. Mereka kira itu air suci pengusir setan. Menyebalkan sekali.

Felix menatap heran Zeus dan Maxim yang menatapnya dengan datar. Pria itu memilih mengambil alih tasnya, mengeluarkan sebuah kantung kecil. Ia memasukan tangannya untuk mengambil segenggam bubuk yang Zeus pun tidak tahu apa itu.

Felix melemparnya di atas sofa sambil komat-kamit mengucapkan sesuatu tanpa suara.

Dan sosok yang sedari tadi menatap mereka dengan polos langsung mengusap hidungnya.

Haciwww!

Sosok Ilana bersin dengan sangat kencang.
"HELOOOW! Om-om pada nggak liat kah, cewek seksoy ada di sini? Nggak sopan!" celotehnya.

Felix menyeringit saat tak mendapatkan reaksi yang biasanya ia dapatkan jika sedang berburu. Biasanya setelah ia lempar bubuk ini, maka akan terjadi kekacauan, angin kencang, raungan kesakitan, bahkan amukan.

"Kenapa Lix?" tanya Zeus kebingungan melihat keterdiaman sahabatnya.

Felix tak merespon, pria itu buru-buru membongkar tasnya, kali ini mengeluarkan botol mini. Ia menyemprotkan benda itu ke seluruh permukaan sofa.

Sosok Ilana menggaruk kepalanya.
"Anu, halo Om? Ngapain om? Ngapain nyemprotinnya ke saya? Mana bau lagi iieeuuwww." protes Ilana.

"Kenapa lo?" tanya Zeus lagi. Setelah selesai menyemprotkan benda itu, sahabatnya itu kembali diam tak berkutik.

Felix menatap Maxim dan Zeus secara bergantian.
"Kita pulang." ujarnya mulai memasukan semua barangnya ke dalam tas dengan tergesa-gesa.

"Jadi setannya udah pergi?" tanya Maxim kebingungan. Felix memakai tasnya lalu menarik tangan keduanya dengan cepat, keluar dari kamar meninggalkan sosok Ilana yang menyorot polos punggung mereka yang menghilang dari balik pintu.

Ilana menggaruk pipinya.
"Kenapa semua orang akhir-akhir ini pada aneh sih?" monolognya pada diri sendiri.

Sementara Zeus hanya bisa mengikuti perintah Felix yang menyuruh mereka pulang. Dan sekarang, sampai di dalam mobil menuju rumah, pria itu masih meninggalkan sejumlah pertanyaan di benaknya.

"Lo kenapa?" tanya Zeus lagi.

"Lo berhasil kan ngusir setannya?" tanya Maxim ikut menyahut.

Felix menghela napas lalu menggeleng. Sontak saja Zeus melotot.
"LAH LO KENAPA NYURUH KITA PULANG KALO SETANNYA BELUM PERGI BODOH!" teriak Zeus dengan sekali tarikan napas.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang