⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 13

12.7K 902 9
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


"Lo tahu nggak Ka, deket-deket lo nggak baik buat jantung gue."

Suara Laut mengudara di atas fooftop di jam istrahat pertama ini. Kanya yang menjadi sasaran ucapan lelaki itu memerah malu. Sial sekali ya, padahal dirinya hanya ingin memanfaatkan lelaki itu, namun dirinya tak bisa menahan jika ia tersipu juga. Ia bahkan tak peduli jika sebenarnya perkataan manis itu tak hanya terlontar untuknya seorang. Sudah ratusan gadis cantik yang lebih dulu mendapatkan hal serupa.

"K-kenapa?" balas Kanya dengan gugup. Bagaimana tidak bereaksi demikian, mata tajam yang diidam-idamkan kaum wanita kini menatapnya dalam.

"Karena ritme jantung gue nggak beraturan kalo liat lo, lo cantik banget soalnya." bisik pelan Laut tepat di telinga Kanya, menghantarkan gelombang suaranya masuk ke saraf-saraf sensitif Kanya.

"Kirini ritmi jinting gii nggik biritirin kili liit li, li cintik bingit siilnya." sosok yang sedari tadi duduk di samping kanan Laut mencibir dengan sinis.

Laut mendelik sesaat, namun ia memilih mengabaikannya. Lelaki itu menikmati sikap salah tingkah Kanya di bangku samping kirinya. Ia mulai berani merangkul gadis itu, memainkan rambut tergerai bebas itu dengan tangan kirinya.

"Cantik banget sihh, imut juga." celetuk Laut dengan senyum menggoda.

Kanya semakin tak terkontrol, ia menutup wajahnya yang memerah bagaikan tomat itu.
"A-apasih kak ih!" ujarnya setengah merengek.

Namun Laut hanya tertawa lepas yang menambah kadar ketampannya. Lelaki itu menarik tangan Kanya yang terus menutup wajahnya.
"Jangan ditutup, gue suka liat wajah lo yang merah-merah, gemes banget." ujarnya sambil mengedipkan mata.

Sosok Ilana di samping lelaki itu melotot. Ia memukul paha berbalut celana panjang milik Laut dengan kesal. Laut sedikit menoleh ke samping, saat ia menatap mata kesal Ilana, sosok itu membuang muka dengan ekspresi dongkol.

Jika saja ia tak diperingati Laut tadi, mungkin ia sudah menjambak rambut hitam Kanya.

"Kalo lo coba macem-macem sama pacar-pacar gue, siap-siap out dari sekolah bokap gue! Syuhh"

Kira-kira seperti itulah peringatan sekaligus ancaman yang dilontarkan dari Laut untuknya. Sosok itu melipat tangan dengan wajah masam tak enak dipandang.

"Ohh! Jadi lo mau nikung gue?!"

Laut maupun Kanya tersentak saat suara Evelyn menguar di udara. Gadis itu dengan brutal menarik rambut Kanya hingga gadis itu terpental ke belakang.

"Sok polos lo anjing?! Ternyata muka lo nggak sesuci otak secuil lo!" Evelyn benar-benar menghajar Kanya habis-habisan, gadis itu merintih menatap Laut memohon belas kasihan.

Laut tak kalah panik sendiri. Lelaki itu berdiri dan berusaha memisahkan kedua gadis itu.
"Evelyn, udah!" ujarnya menarik gadis itu dari tubuh Kanya yang tergeletak di atas lantai dengan kondisi kacau.

Evelyn berdiri, lalu...

Plak!

Laut memegang pipinya yang kebas setelah ditampar kuat Evelyn yang masih dalam status pacar.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang