⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 34

11.6K 946 30
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


Malam semakin larut namun tubuh yang terbaring menghadap kaca balkon yang tidak terhalang tirai itu masih saja terjaga. Mata hazelnya menyorot tajam ke arah bulan. Sorotan itu berisi kesedihan, dendam dan kebencian yang tidak akan ia perlihatkan untuk seorang pun.

Tak ingin semakin larut dalam rasa campur aduk itu, ia memilih menutup mata. Walaupun ingatannya tidak akan pernah bisa kembali, namun perlahan-lahan ada kilasan yang mampir di dalam mimpinya, dan ia sangat yakin jika itu adalah sepenggal memori masa lalunya.

"Kamu tidak perlu khawatir apapun. Om bakalan buat mereka mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan seperti apa yang Laut inginkan. Anggap ini adalah bentuk tanggung jawab Om yang belum Om tepati dulu."

Perkataan Zeus ikut terngiang-ngingan. Ilana menarik sudut bibirnya. Entah kenapa ia begitu kecewa saat orang lain yang tidak punya hubungan darah dengannya yang mengeluarkannya dalam lembah ini. Kenapa saat ini ia begitu mengharapkan keluarganya yang melakukannya untuknya. Kemana mereka? Terkecuali Mayleen. Mengingat gadis itu, Ilana tak bisa menghentikan rasa tidak sukanya.

Ilana membuang semua pikiran negatifnya. Masih ada keluarga di sini. Ada Ellard dan Felicia sebagai tantenya. Bahkan ada si dingin Kenzo yang diceritakan Savannah. Dan ada si heboh Alkan yang sudah ia kenal sekian lama. Ia jadi tidak sabar bertemu dengan mereka besok. Terutama untuk Felicia.

Krekk

Ilana membuka matanya saat mendengar deritan pintu terbuka. Gadis itu kembali memejamkan mata saat merasakan derap langkah kaki yang sangat pelan. Aroma maskulin yang sangat familiar masuk ke dalam rongga hidungnya. Ia tidak bisa lagi menahan senyum dan memutuskan membuka mata.

Mata hazelnya langsung bertubrukan dengan manik biru yang langsung melebar. Sang pemilik langsung berdiri tegap dari kegiatan menunduknya, kemudian pura-pura meraba-raba sekitaran sambil menutup mata. Ilana duduk lalu memperhatikan Laut yang bersikap aneh itu. Tangannya ia gunakan untuk menekan sakelar yang berada di samping ranjangnya, membuat kamar yang tadi samar-samar kini terang seutuhnya.

"Lala? Lo ngapain di sini?" tanya Ilana.

Laut yang sudah kalap langsung menghentikan kegiatan tak bergunanya karena sudah ketahuan. Lelaki menebalkan wajahnya lalu melipat tangan. Ia menatap gadis di atas ranjang dengan ekspresi julidnya.

"Y-ya kenapa! Suka-suka gue dong. M-maksud gue, gue tadi ke toilet tapi malah tersesat di sini" cibirnya.

Ilana menggaruk lehernya lalu memiringkan kepalanya.
"Bukannya toilet ada di dalam kamar lo ya?" ujar gadis itu memberi tanggapan.

Laut berdehem.
"Y-ya kan gue udah bilang, gue tersesat." belanya.

Ilana manggut-manggut tak ingin memperpanjang lagi. Gadis itu terdiam setelah sambil memperhatikan lelaki itu.

"Apa?" tanya Laut.

"Lo nggak ada niatan keluar? Kan lo tadi tersesat." tutur Ilana.

"Oh jadi lo ngusir gue?" delik Laut.

Ilana meringis.
"Bukan gitu, kan niat lo sebenarnya mau ke toilet." serunya.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang