⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 7

16.7K 1K 14
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________

Laut menguap lebar. Lelaki itu melipat tangan di atas meja, lalu merebahkan kepalanya. Kantuknya mengalahkan segalanya. Ia membiarkan guru bahasa yang tak lain Bu Elica menjelaskan dengan rinci tentang novel sejarah.

Dan benar saja, tak sampai semenit merebahkan kepalanya, lelaki itu sudah tertidur lelap. Levi yang duduk di samping lelaki itu dengan baik hati meletakan buku cetak di atas meja Laut, agar tidak ketahuan.

Sedangkan Saga dan Alkan yang duduk di depan sana senantiasa fokus. Ralat, fokus memperhatikan kecantikan guru bahasa mereka.

"Semua buku cetak diturunkan!" sentak Bu Elica dengan tegas.

Levi meringis. Ia menyikut Laut dengan cepat.
"Bos, bangun bos." serunya sedikit berbisik.

Namun tak semudah itu, Laut yang dasarnya kebo tidak akan bisa bangun jika baru saja terlelap.

"Bos aelah, itu Bu Elica mau ke sini nying. Bangun bos bangun." desak Levi.

Tak!!!!

"Ehh monyet makan monyet." latah Alkan saat penggaris di tangan Bu Elica ia memukul meja mereka.

Bu Elica mendelik. Kaki jenjang dibaluti heels itu berjalan lagi. Dengan penggaris panjangnya, ia mendorong buku cetak hingga jatuh di atas lantai. Mata perempuan itu melotot, lalu mengalihkan tatapannya pada Levi yang memasang wajah lugu tidak tahu apa-apa.

"LAUT!"

Levi menutup telinganya yang berdengung mendengar teriakan Bu Elica. Kini semua mata menyorot sosok tampan yang tidak terganggu sama sekali. Alkan dan Saga saling pandang lalu detik kemudian serentak menepuk jidat.

Bu Elica melipat tangan.
"LAUTTTTT!!!! BANGUN KAMU!!!" lanjut teriak Elica dengan napas naik turun. Lagi, tidak ada respon. Dengan geram guru perempuan itu menjewer telinga murid badungnya tanpa belas kasihan.

"Enghhh sakit." cicit Laut merem melek saat ia refleks terduduk. Rambutnya yang berantakan mengundang pekikan murid perempuan. Gemes bin tampan jadinya.

Tak sampai di situ, Bu Elica menarik Laut tanpa melepaskan jewerannya keluar dari kelas. Dan yang dijewer berjalan terseok-seok karena sebagian nyawanya masih berceceran dimana-mana.

"Cuci muka! Terus bersihin toilet perempuan kelas X!!! Awas aja kalau kamu lari, Ibu nggak segan-segan aduin kelakuan kamu sama Mama kamu!!!" galak Bu Elica.

Laut menggaruk lehernya. Dengan polosnya lelaki itu merebahkan dirinya di kursi panjang depan kelas, dan mulai terlelap lagi. Elica? Jangan tanyakan lagi ekspresi wajah wanita itu.

"Ya Tuhan Laut!!! Ibu suruh kamu bersihin toilet bukan tidur di sini!!! Bangun kamu!" pekik Bu Elica berkacak pinggang. Siswa-siswi yang lewat tertawa melihat sikap absurd anak pemilik sekolah yang tidak ada alim-alimnya. Bahkan sebagian memilih merekam adegan itu.

Bu Elica memijat pelipisnya. Saat melihat Pak Ernest yang baru keluar dari ruangannya, wanita itu langsung berteriak lagi.
"Pak! Pak Ernest!" panggilnya.

Pria paruh baya yang sedang menutup pintunya menoleh. Ia melihat salah satu bawahannya sedang menunjuk tubuh Laut yang tertidur. Ernest meringis kecil.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang