⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 19

11.3K 936 18
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________



"Aku pulang."

Parker meletakan tasnya di samping meja makan. Pria itu menatap heran istrinya yang tidak menjawab dan sibuk melamun. Parker mengelus bahu Angela dengan pelan, menyadarkan wanita itu dari pikirannya yang melayang.

"Tidak baik melamun terlalu lama." ujar pria itu.

Angela tersenyum lalu menyentuh tangan suaminya itu.
"Maaf aku tidak menyadari kepulanganmu." sesalnya.

Parker mengangguk, ia menarik kursi di samping istrinya.
"Ada apa?" tanyanya.

Angela menggeleng.
"Tidak ada, hanya bosan saja." jawabnya sambil mengisi piring suaminya dengan masakan yang telah ia buat.

"Kamu merindukan Mayleen?" tanya Parker. Memang setelah Mayleen pindah ke sana, rumah benar-benar sepi. Tidak ada suara gadis remaja yang selalu berceloteh dan membuat rumah berantakan.

"Tidak. Aku hanya merindukan putri kandung kita." ujar Angela.

Parker tampak terdiam.
"Sayang, jika kamu berbicara seperti tadi ketika ada Mayleen di meja ini, dia akan berkecil hati." ujar pria itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud." sela Angela menggeser piring ke depan suaminya.

"Ada denganmu? Beberapa hari ini aku sering melihatmu melamun." ujar Parker dengan tangan yang sibuk menuangkan air mineral di dalam gelasnya.

"Aku hanya sedang merindukan putri kita Parker." ujar Angela sambil mengaduk-aduk makanannya.

"Apa kamu ingin kita mengambil cuti untuk menjenguk makamnya? Aku akan mengurusnya jika kamu mau." ujar Parker menawarkan solusi.

Angela menggeleng.
"Tidak perlu, aku memang merindukannya tapi apa kamu pikir Ibu mengizinkan kita ke sana?" sela Angela.

Parker terdiam. Ucapan istrinya ada benarnya. Aster selaku wanita yang menjadi ibunya tidak akan pernah mengizinkan mereka. Ibunya membenci mereka terlebih Angela. Aster menyalahkan mereka atas kematian putri mereka.

"ANAK BODOH! Jika saja kalian tidak mementingkan pekerjaan kalian mungkin cucu saya masih bernapas! Saya membenci kalian terutama kamu Angela! Andai saja kamu mendengar perkataan saya untuk meninggalkan pekerjaanmu dan menjadi ibu rumah tangga saja! Mungkin cucu saya tidak akan memilih pergi dari rumah dan masuk sekolah asrama yang tidak ada yang tahu bagaimana kualitas aslinya! Karena kesibukan kalian itu kalian tidak ada waktu untuk cucu saya! Dari dia kecil sampai saat ini kalian tidak pernah meluangkan waktu untuk cucu saya! Pergi dari sini dan jangan pernah temui saya dan makam cucu saya! Saya tidak mau melihat wajah kalian di akhir hidup saya sekalipun!"

Seperti itulah amukan Aster dua tahun lalu setelah Ilana selesai dimakamkan.

Jika saja putri mereka dimakamkan di lokasi yang masih bisa mereka jangkau, mungkin mereka bisa diam-diam ke sana. Tapi ini, Ilana dimakamkan tepat di belakang rumah Aster, sesuai permintaan sang nenek yang tidak ingin berjauhan dengan cucunya.

Parker menutup mata sesaat sambil menarik napas lelah. Semua memang salah mereka. Aster memang benar, andai saja mereka punya waktu untuk Ilana mungkin mereka tidak akan kehilangannya untuk selamanya.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang