⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 38

10.7K 872 25
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________

Malam ini seperti malam-malam sebelumnya, Ilana tidak akan bisa memejamkan mata dan bergabung dengan rasa sunyi yang bergelora dengan mudah. Karena saat dunianya benar-benar tenggelam masuk dan jatuh ke alam bawah sadarnya, mimpi itu akan kembali tayang bagaikan pecahan kaset rusak dan menggerogoti kesadarannya, hingga mau tak mau jiwanya akan kembali pada tubuhnya, dan matanya akan terbuka sebagai reaksi alamiahnya.

Oleh karena itu, Ilana ada di sini sekarang. Duduk diam di bangku panjang untuk menikmati rasa bosan, dan menatap deretan pohon pinus yang tersusun rapi. Gadis itu memilih menyelinap diam-diam dan hinggap di taman belakang.

Suasana temaram yang hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil yang ditanam di tiang-ting sepanjang jalan cukup membuat hatinya tenang. Ia begitu menikmati saat kulitnya disapu lembut oleh angin malam. Sepertinya Ilana akan menandai tempat ini sebagai tempat kesukaannya dan akan sering-sering berkunjung ke sini.

Seharusnya ia sudah menemukan tempat ini agar dirinya tidak mengalami kesuntuan di dalam rumah. Ia menyesal tidak melihat detailnya hingga mengecualikan tempat ini.

Kesadarannya yang sedang menikmati sekitaran langsung terputus saat sebuah jaket kulit bertengger di lengannya, membungkus sebagian tubuhnya yang hanya dibaluti gaun tidur putih tipis.

Ilana langsung mengangkat kepalanya, mulutnya terbuka, membentuk ekspresi melongo.
"Lala, lo kok bisa ada di sini?" tanyanya.

Sosok jangkung itu tidak langsung menjawab, karena ia lebih dulu mengambil tindakan untuk meleset duduk di sampingnya.
"Ada banyak mata di sekitaran sini yang ngasih tahu gue, hingga gue terseret buat pulang ke rumah." celetuk lelaki itu.

Ilana menelan ludah, ia menatap sekitaran.
"Nggak ada siapa-siapa. Jadi lo bisa ngeliat hantu?" tanyanya horor.

Laut berdecak dan langsung menoyor kening Ilana.
"Lo nggak lupa kan kalo pengawasan di rumah gue ekstra ketat, apalagi ada lo di sini." cibirnya.

Ilana tersenyum amat lebar mengundang menyatunya kedua alis lelaki di sampingnya.
"Jadi lo pasti khawatirin gue ya? Aisss makasih udah repot-repot ke sini." tungkas Ilana sambil mesem-mesem.

Laut membuang muka.
"Nggak usah kegeeran lo ya. Gue cuman lagi pengen aja." bantahnya.

Namun Ilana sepertinya lebih mempercayai tungkasannya tadi karena ia adalah salah satu makhluk dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi.

"Lala."

"Apaan?" sahut Laut.

"Lo nggak lupa kan? Kalo selama 50 hari jatah gue harus lancar. Tapi lo cuman ngabulinnya sampai hari ke-11." ujar Ilana menaikturunkan alisnya. Oh tentu saja ia tidak akan melupakan hal itu.

Laut langsung menatap penuh pada gadis itu dengan wajah panas, walaupun udara dingin berusaha menyerang. Lelaki itu berdehem.
"Jadi?" Laut masih bertanya membuat senyum Ilana semakin melebar saja.

"Masih ada 39 hari lagi hihi. Dan lo harus ngabulinnya sampai hari ke-50." jawab Ilana dengan lancar.

"Itu kan saat lo transparan. Beda lagi kalo sekarang." cetus Laut.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang