⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 24

10.9K 967 36
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


"Selamat pagi Lala!"

Sosok Ilana sudah berdiri stand by di samping ranjang Laut, yang masih saja tertidur walau pagi sudah memasuki pukul 9. Weekend kali ini lelaki itu tidak berniat pulang, berbeda dengan keempat temannya yang sudah pulang ke rumah masing-masing kemarin.

Sosok Ilana naik di atas ranjang, lalu melompat-lompat agar lelaki itu segera bangun.
"Ayoo Laaaa bangun.... Gue mau minta hadiah gueeee." ujar sosok itu.

Namun Laut sama sekali tidak bergerak atau terusik dari tidurnya, lelaki itu sudah seperti mayat. Sosok Ilana mendengus. Harusnya ia sudah mendapatkan hadiahnya seperti kemarin-kemarin. Yap, ciuman sebanyak 50 kali itu digunakan Ilana sebaik-baiknya. Satu ciuman setiap hati, begitu terus sampai hari ke 50.

"Lalaaa uhuyyy bangunnn, kiamat udah mendekat tuh." ujar sosok Ilana. Ia berhenti melompat dan beralih menarik guling yang Laut peluk erat.

Laut menggeliat membuat Ilana tersenyum senang. Namun tak lama itu harus surut saat Laut berbalik badan membelakanginya dan lanjut tidur lagi. Sosok Ilana berdecak.

"Laaa lo kebo banget sihh. Bangunnn." Ilana duduk di samping Laut, tanganya menggoyangkan bahu lelaki itu dengan kesal. Tak ada respon.

"La? Lo nggak mati kan?" tanya Ilana takut-takut. Sosok itu membalik tubuh besar Laut dengan susah payah hingga lelaki itu tidur terlentang. Ilana menempelkan jari telunjuknya di bawah hidung si empunya.

"Untung aja masih napas." ujarnya lega.

"Enghhh." Laut mencari tempat nyaman, ia memeluk perut Ilana sambil menggesekan hidungnya di paha sosok itu.

Sosok Ilana menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengelus rambut lebat dan sedikit ikal lelaki itu dengan pelan. Ia memperhatikan wajah damai Laut dengan sesama.
"Kok gue sedih sih?" gumamnya. Ilana menggeleng mengusir rasa lain yang menyeruak di dadanya.

"Lo nyenyak banget sihh tidurnya. Jadi nggak sabar kan gue nyium lo mwehehe." sambung Ilana saat ia mencoba untuk tetap baik-baik saja. Gadis itu tersenyum dan langsung menunduk, mencium hidung mancung yang bagaikan perosotan anak TK itu.

Laut mengerjap dan menggeliat. Ia menatap ke atas dengan wajah bantalnya. Matanya berusaha menyesuikan cahaya yang masuk ke dalam mata birunya.

"Selamat pagi Lala!" sapa Ilana dengan senyum sehangat matahari di luar sana.

"Pagi." balas Laut dengan suara serak khas bangun tidur yang memanjakan telinga Ilana.

Sosok itu bergeser, mengambil gelas bening di atas meja dan menyerahkannya pada Laut.
"Minum." ujarnya. Laut menerimanya dengan senang hati, meneguknya hingga tandas tak tersisa.

Lelaki itu menatap sosok Ilana yang senyum-senyum padanya.
"Kenapa lo?" tanyanya dengan alis terangkat.

Ilana menunjuk pipinya sambil cengengesan. Laut mendengus.
"Sini." titahnya. Dengan sangat senang hati Ilana mendekat.

Cup

Ilana berbinar-binar saat pipinya dicium oleh Laut.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang