⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 31

10.8K 999 26
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


Alkan dan Saga menatap Laut sekali lagi. Dan setelah itu mereka kompak menghela napas lelah. Keduanya sudah tak asing lagi dengan bos mereka yang uring-uringan sesekali berteriak lalu mengacak rambutnya beberapa hari ini.

Levi sendiri yang baru saja pulang dari eskulnya hanya menatap sekilas dan menutup pintu.
"Dari pada lo nggak jelas kayak gitu bos, mending ajak kita healing di mana kek? Refreshing sebelum ujian." celoteh Levi. Lelaki itu lesehan di atas karpet bulu dan mulai mengeluarkan jajanan yang sempat ia beli di caferia tadinya.

Saga tentu tak akan menyia-nyiakan makanan gratis itu, ia ikutan duduk di samping Levi sambil mengangguk-angguk.

"Ide bagus itu bos, bosan gue di sini mulu." timpalnya. Levi memicingkan mata dan memukul tangan Saga.

"Makanan gue itu nyet." cibirnya.

Saga pura-pura tuli dan mencomot salah satu merek snack yang diproduksi oleh keluarga Laut. Sedangkan Alkan merebahkan dirinya di atas ranjang.
"Arghhh nyamannya." celetuknya memejamkan mata.

Laut melempar bantalnya ke sembarangan arah dan mulai berteriak.
"ARGHHHHH."

Levi mengunyah jajannya dan menjadikan bosnya sebagai tontonan.
"Frustasi banget ae lo bos? Kangen setan itu ya?" tanyanya.

Laut mendelik.
"DIH SOK TAHU LO." ngegasnya membuat Levi hampir tersedak.

"Ilana oh Ilana, tega banget ninggalin bos kita yang sedang tahap bucin-bucinnya." ledek Saga ikut-ikutan.

"Hooh, yang sabar ya bos. Ilana bakalan kembali, yang versi nyata pula kok. Nggak transparan lagi haha." celoteh Levi.

"DIEM LO PADA." teriak Laut dan kembali berguling-guling tidak jelas di atas ranjangnya. Lelaki itu menendang-nendang udara sambil mengaca-ngacak seprei tak berdosanya hingga tak berbentuk lagi.

Saga dan Levi sama sekali tidak shock atau takut, bos mereka sudah seperti ini beberapa hari terakhir.

Ceklek

Pintu terbuka. Ravin keluar dari kamar mandi dengan keadaan baju lengkap. Saga memperhatikan lelaki yang kini sedang sibuk mengobrak-abrik laci nakasnya yang selalu ia kunci itu.

"Kira-kira harta apanya yang ada di dalam laci tuh cowok." bisik Saga pada Levi. Namun sayang sohibnya yang satu itu hanya mengangkat bahu acuh dan kentara tidak pedulinya.

Saga berdecak, sejak adu cekcok hari itu, Levi dan Ravin tidak pernah lagi berbicara satu sama lain. Levi yang tidak pedulian begitupun sebaliknya. Ravin juga banyak diam dan jarang berkumpul dengan mereka. Bahkan lelaki itu tidak pernah terlihat lagi menginjakan kaki ke markas.

"Arghhh bosan, gue mau nyantai ke caferia. Lo pada ikut nggak?" tanya Alkan mulai bangkit dari tempat nyamannya.

Saga ikutan berdiri.
"Hayuk lah gas." timpalnya setuju.

Levi bangkit berdiri, meninggalkan bungkusan snack yang berserahkan di atas lantai.
"Mau minum yang seger-seger nih gue. Bos! Ikut nggak lo?" ujarnya.

"Nggak." tolak Laut.

"Biarin aja tuh si bos ngegalau hahaha. Dadahh bos, kita pergi dulu." celetuk Saga mulai melanglah keluar dari kamar asrama disusul oleh Alkan dan Levi.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang