⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 21

11.2K 971 40
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________



Ulangan dadakan tak terelakan lagi di kelas Bahasa saat ini. Bu Elica datang-datang langsung menyuruh semua siswa-siswinya menyerahkan semua buku dan alat-alat tulis berserta handphone ke depan kelas.

"Yahhh Ibu, ini nggak adil. Harusnya ibu beri info dulu biar kita-kita punya persiapan." keluh Saga menatap penuh derita pada Bu Elica yang membagikan lembaran soal.

Bu Elica mendengus.
"Apa yang kamu persiapin? Contekan? Kali ini Ibu bakalan ngadain secara dadakan, biar kalian nggak curang." celoteh wanita itu menatap tajam Saga.

"Wahh ibu suka nuduh dehh. Kita ini anak-anak baik dan suka jujur Bu. Andai aja Ibu tahu gimana kita belajar mati-matian tiap hari." sahut Levi.

"Berkilah lagi kamu Levi. Urus aja buku catatan kamu yang masih kosong melompong itu!" sela Bu Elica.

Mati sudah, kali ini XII Bahasa_10 tidak bisa berbuat banyak. Anjlok sudah nilai yang sudah duluan hancur menjadi semakin hancur.

Bu Elica kembali ke depan.
"Ada yang belum dapat lembaran soal?" tanyanya.

Laut mengangkat tangan dengan senyum menggoda.
"Saya Bu cantik." sahutnya semangat.

Kelas heboh sambil memukul meja, mereka menyoraki anak pemilik sekolah yang sedang melangsungkan aksinya agar ulangan dibatalkan. Lelaki itu adalah harapan terakhir mereka.

Bu Elica menyipitkan mata, lalu mencomot lembar soal di atas mejanya.

Kaki jenjangnya melangkah menuju meja Laut yang berada di belakang.

"Bu Elica tahu nggak?" tanya Laut.

"Nggak." ujar Bu Elica meletakan lembaran soal di meja murid nakalnya.

"Eitsss jangan ketus-ketus atuh ibu. Ibu tahu nggak kenapa sinar matahari nggak bisa nembus kulit Laut?" tanya Laut.

Bu Elica mengangkat alis.
"Kenapa?" tanya guru perempuan yang mengasuh pelajaran sastra itu.

Laut tersenyum cool.
"Karena matahari itu ditugasin nyinari dunia luar bu, sedangkan yang nyinari hati Laut yang ada di sini itu cuman ibu." ujar Laut menyentuh dadanya.

Eakkk

Piww

Piwww

Huuuu

Kelas langsung ribut, kaum laki-laki bersorak keras sedangkan kaum perempuan dibuat baper oleh kata-kata buaya cap cabang dosa milik lelaki tampan itu.

"Ibu tahu nggak kenapa mata Laut nggak mau lepas natap ibu?" tanya Laut lagi.

"Ya?"

"Karena mata Laut itu nggak mau pangling liat kecantikan dan kebaikan hati ibu. Demi apapun ibu, mata Laut itu terpesona liat ibu, apalagi kalo ibu tersenyum uhhh langsung ngena di hati Laut bu. Hai cantiknya Laut, mau nggak nunda ulangan hari ini? Ibu itu yang paling baik banget" ujar Laut.

Kelas semakin ricuh tak terkendali, mereka menantikan Bu Elica yang terdiam. Wanita itu tersenyum manis membuat mereka semua langsung menebak endingnya. Dan akhirnya Bu Elica mengangkat suara.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang