⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 36

11.2K 847 11
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


Kanya terbaring lemas di kamar asrama tanpa bisa melakukan apa-apa. Wanita itu memegang perutnya yang nyeri. Ia bukannya tidak tahu kenapa seperti ini, tentu saja karena hentakan yang ia perbuat dengan memukul perutnya menggunakan tangannya sendiri.

Kanya hari ini membolos tidak sekolah dengan alasan sakit. Untung saja teman satu kamarnya percaya didukung dengan wajah pucatnya. Wanita itu mencoba duduk, ia ingin pulang ke rumah. Tapi ia tak punya tenaga. Ia ingin ke uks untuk mendapatkan obat nyeri, namun ia cukup takut. Bisa saja dokter itu memeriksanya dan tahu jika ia sedang hamil. Harus ia apakan sekarang tubuhnya yang tak berdaya ini?

Kanya mengelus perutnya.
"Bisa kah kamu keluar saja agar aku tidak merasakan sakit lagi. Aku tidak menerima kehadiranmu." gumamnya mengajak bicara janin di dalam perutnya yang sedikit menonjol.

Wanita itu beranjak dari sana dengan tertatih. Tiba-tiba saja dirinya menginginkan buah semangka. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya lalu mengeolesi liptint untuk menyamarkan bibirnya yang pucat. Sebelum pergi Kanya memaki jaket tebal karena badannya tiba-tiba menggigil. Tak lupa uang yang tersisa sedikit itu ke dalam kantongnya.

Setelah mendapatkan surat izin dari penjaga asrama, akhirnya Kanya bisa keluar dari gedung sekolah THS. Wanita itu melirik kanan kiri. Ia ingin naik kendaraan umum untuk menghemat tenaganya yang tak seberapa itu, namun ia tidak mau uangnya terkuras mengingat ia sedang dalam masa menghemat.

Bruk!

"Aduhh pantat montok gue."

Kanya mengerjap. Ia mencari asal suara ringisan itu. Dan tepat di samping tembok sekolah, ia melihat geng cocobew baru saja melompat dari atas tembok tinggi pembatas. Terlihat Saga dan Alkan yang mengaduh kesakitan saat Levi jatuh di atas tubuh mereka. Sedangkan Laut tampak santai karena mendarat dengan baik.

"Minggir lo taik ah, bisa-bisa keluar semua sarapan pagi gue." protes Alkan menabok kepala Levi yang masih tidak ada niatan turun dari tubuh mereka.

"Ya sabar menyet, encok nih pinggang gue akibat tersangkut tembok tadi tuh." celoteh Levi. Lelaki itu pelan-pelan bangkit berdiri sambil memegang pinggangnya yang sempat menghantam tembok di atas sana, saat kakinya sempat di tahan oleh ibu Elica yang menciduk mereka yang mau bolos. Dengan tak tega Levi terpaksa menendang kepala guru cantiknya yang dulunya adalah lelaki tulen, hingga tangan wanita itu terlepas dari kakinya dan ia langsung melompat turun.

Saga bangun dibantu Laut sedangkan Alkan tertatih sambil mengelus pantatnya yang tadi mendarat lebih awal.
"Untung aja kita nggak ketangkep sama bu Elica." celetuk Alkan penuh kelegaan.

Laut yang sadar jika ada yang memperhatikan mereka segera menatap ke segala arah, hingga menemukan Kanya sedang memperhatikan mereka.
"Lo ngapain di situ?" tanya Laut menatap perempuan itu dari atas hingga bawah.

Saga, Alkan, dan juga Levi langsung menatap ke arah mata bos mereka.
"Lohh dek Kanya ngapain di situ? Kenapa nggak sekolah?" tanya Saga keheranan tak lupa dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Diem lo, bikin gue jijik aja." sinis Levi menyentil kening Saga.

"Apaan sih, suara merdu gini kok." bibir Saga mengusap keningnya yang disentil kuat oleh sohibnya.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang