⑅⃝⋆ Ƥ𝐚𝓻𝐭 46

10K 819 6
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
________𝓸0𝓸_______________


"Bagaimana?"

"Tidak ada masalah serius. Syukur saja tusukannya tidak terlalu dalam. Pisau itu hanya menembus 6 cm ke dalam. Jadi hanya menusuk kulit perut saja. Untung saja beliau mempunyai otot perut yang bagus." mendengar penjelasan dari dokter yang baru saja selesai menjahit lukanya, semua orang merasa lega.

Savannah mendekati Laut yang asik memakan buah jeruk yang telah dikupas Levi.
"Aduh bayi kecil Mama, untung aja kamu nggak kenapa-napa huhuhu." Savannah memeluk putranya dengan erat.

"Ma, Laut sesak." ringis lelaki itu.

Zeus yang baru saja mengantar dokter itu keluar tampak menatap tajam anak itu.
"Kamu ini bisanya bikin Papa dan Mama spot jantung. Kamu nggak tahu aja gimana Sagara teriak panik waktu nelpon Mama kamu." omel Zeus membuat Laut merotasikan matanya, kemudian ia menatap tajam Saga yang langsung memasang wajah polos. Sial! Lelaki itu pasti berlebih saat menelpon tadi!

"Lain kali kalo ngelakuin hal-hal kek gitu konfirmasi sama Papa kamu dulu. Masih untung kamu cuman ditusuk. Mama hampir jantungan dengar-dengar kamu ditusuk pisau." kini berganti Savannah yang mengomel.

"Nggak bakalan lagi Ma." ujar Laut dengan pasrah.

Savannah tersenyum puas.
"Yaudah kamu istirahat dulu yaa, biar tenaga kamu pulih. Kita nunggu di depan aja." ujar wanita itu.

"Om! Traktir om! Lapar." Levi mendekati Zeus yang memandangnya sinis.

"Dihh anak sama bapak sama aja. Suka yang gratisan. Yaudah ayo." cibir Zeus. Levi berbinar cerah, lelaki itu langsung menyusul Zeus bersama Saga yang ikut mengintili. Kenzo? Lelaki itu sudah pulang lebih dulu. Dan Alkan? Tenyata ia belum menampakkan diri sedari tadi.

Savannah menggeleng-geleng kepala melihat suaminya yang tidak akan pernah berubah. Wanita itu kemudian menatap Laut.
"Kamu di sini yaa, Ilana yang bakalan jagain kamu." Savannah pamit keluar. Namun sebelum itu ia menepuk-nepuk bahu Ilana yang sedari tadi diam sebagai pengamat.

Setelah kepergian Savannah, gadis itu memberanikan untuk mendekat. Ia duduk di kursi samping ranjang. Ilana membuka masker dan topinya, meletakkannya di atas nakas, bersebelahan dengan keranjang buah. Ilana menatap intens benang-benang yang telah melilit luka tusukan.

Glek

Ilana ngeri. Walaupun jahitannya kecil, tapi tetap saja terlihat mengerikan. Gadis itu sedikit takut melihat jahitan. Iya, dia takut melihat jahitan luka. Sedikit aneh karena kebanyakan orang lebih dominan takut dengan darah.

"Nggak usah liatin kalo takut." ujar Laut membuka suara.

Ilana mengalihkan tatapan ke atas. Gadis itu meringis saat baru menyadari jika lelaki itu ternyata toples.
"Sakit ya La?" tanyanya dengan bodoh.

Laut menggeleng sambil memasang wajah angkuhnya.
"Mana ada, ini cuman luka kecil." ungkapnya dengan pongah.

"Nggak perih?" tanya gadis itu, lagi.

"Cuman dikit." balas Laut.

Ilana manggut-manggut.
"Tapi ini kenapa bisa ketusuk?" tanya gadis itu kepo.

"Cuman perkara kecil. Dari pada lo nggak punya kerjaan, mending lo ngupasin gue buah." titah Laut sambil menunjuk keranjang buah di atas nakas dengan dagunya. Ilana menurut, gadis itu membuka kulit pisang kemudian menyorokannya ke tangan Laut. Melihat itu, Laut segera memasang wajah kesakitan.

"Aduhhh Lana, perut gue sakit aduh aduh aduh. Lo keknya mesti suapin gue dehh." ujarnya merem melek menahan sakit, sesekali membuka mata sedikit untuk melihat gadis di depannya.

Lautan Ilana ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang