PART 1

64.9K 3.2K 31
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-------------------------------------
GOSIP

Seorang gadis cantik dengan tinggi 170 cm terlihat tengah berlari di koridor rumah sakit dengan snelli dan stetoskop yang tergantung di leher jenjangnya.

Langkah gadis yang bername tag dr. Yuna itu pun berhenti di salah satu brankar di unit gawat darurat yang di isi oleh seorang bayi yang terlihat tengah menangis kencang di atasnya. Ibu dari bayi itu pun mencoba untuk menenangkan bayi tersebut, namun bukannya tenang, sang bayi justru semakin menangis kencang.

"Permisi. Saya Dokter Yuna. Biarkan saya memeriksa keadaan anak ibu."

"Kenapa baru datang sekarang, dok? Lihat anak saya! Dia terus menangis sedari tadi! Seharusnya sebagai seorang dokter, anda bisa datang tepat waktu jika sedang di butuhkan!"

Yuna yang tengah fokus memeriksa keadaan bayi tersebut hanya mengabaikan ucapan tersebut.

"Bu, harap tenang. Dokter Yuna baru saja selesai melakukan operasi, makanya beliau baru datang sekarang. Dan dokter anak lain yang ada di rumah sakit ini sedang berada di luar kota."

Ucapan yang berasal dari suster yang bernama Rini itu berhasil membuat ibu dari anak bayi tersebut menjadi diam.

Yuna yang baru saja selesai memeriksa keadaan bayi tersebut seketika mengkerut ketika mendapati hal yang tak seharusnya di lakukan pada bayi kecil itu. "Kalau boleh saya tau, berapa bulan usia anak ibu ini?"

"Anak saya baru berusia empat bulan, dok. Apa ada yang salah dengan anak saya?"

Mendengar itu Yuna langsung menarik nafasnya kasar. "Anak ibu mengalami gangguan pencernaan yang di sebabkan oleh pemberian asupan selain ASI."

"Maksud dokter apa? Saya hanya memberikan ASI untuk anak saya. Saya tidak pernah memberikan makanan lain kepada anak saya."

"Anak ibu mengkonsumsi makanan yang seharusnya tidak boleh dia makan sebelum dia berumur enam bulan. Pemberian makanan selain ASI pada bayi yang belum berusia enam bulan dapat membahayakan si bayi, karena si bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI."

"Apabila pada periode itu bayi di paksa menerima makanan selain ASI, akan timbul beberapa gangguan pada si bayi. Contohnya seperti yang di alami oleh anak ibu ini. Pemberian MP-ASI dini pada bayi berakibat sangat fatal, karena bisa saja membahayakan hidup si bayi. Jadi, saya mohon sebagai seorang dokter, ibu atau pun keluarga ibu yang lain harus memperhatikan lagi makanan yang boleh di konsumsi dan yang tidak boleh di konsumsi oleh si bayi."

"Untuk sekarang, anak ibu akan kami rawat inap terlebih dahulu di rumah sakit ini. Kita akan lihat perkembangan anak ibu keesokan harinya."

Penjelasan yang di berikan oleh Yuna membuat ibu dari bayi tersebut menjadi terdiam. Namun, beberapa saat ibu bayi tersebut menggenggam tangan Yuna dengan erat. "Terima kasih, dokter. Maaf atas ucapan saya tadi."

"Tidak masalah, bu. Saya mengerti bagaimana perasaan ibu. Tetapi, semakin ibu panik, maka itu akan membuat si bayi juga ikut menjadi tidak tenang. Sekarang ibu bisa menggendong anak ibu. Dia butuh pelukan dari ibunya" ucap Yuna tersenyum.

"Sekali lagi, terima kasih, dok."

"Sama-sama, ibu. Kalau begitu saya permisi."

"Suster Rini, tolong urus semuanya."

"Baik, dokter Yuna."

*****

Yuna, gadis yang memakai jas dokter itu langsung mendudukkan dirinya di kursi ruangannya.

"Huft ...."

Rasa lelah begitu di rasakan oleh Yuna. Apalagi dia hari ini melakukan dua operasi yang hanya berjeda sepuluh menit dari operasi sebelumnya.

Beginilah hari-hari Yuna selama menjadi dokter anak di rumah sakit. Rumah sakit yang menjadi rumah kedua bagi Yuna. Pasalnya, kadang gadis tersebut banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit ketimbang di rumahnya sendiri.

Sebenarnya ada alasan mengapa Yuna lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit ketimbang di rumahnya sendiri. Alasan terkuat yang membuat dirinya merasa lebih nyaman berada di rumah sakit adalah karena dia enggan untuk bertemu dengan Ayahnya sendiri di rumah.

Ada hal yang memicu kenapa Yuna enggan bertemu dengan Ayahnya sendiri. Dan alasan itu selalu Yuna simpan sendiri sedari dulu.

Bagi anak perempuan, Ayah mereka adalah cinta pertamanya. Tapi, bagi Yuna Ayahnya adalah patah hati pertamanya.

Di saat orang lain mendapatkan kasih sayang dan perlindungan dari Ayahnya, Yuna tidak mendapatkan semua itu. Justru kasih sayang dan perlindungan itu dia dapatkan dari seseorang. Seseorang yang dulu begitu dekat dengannya. Seseorang yang selalu menghibur dirinya ketika sedih. Dan seseorang yang selalu ada di sampingnya dalam kondisi apapun.

Mengingat orang tersebut membuat Yuna tersenyum. Namun, sedetik kemudian gadis itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Enggak, Yuna. Lo gak boleh mikirin dia."

Tok!Tok!Tok!

"Masuk!"

Seseorang menyembulkan kepalanya di depan pintu dengan senyuman lebarnya. "Dok, yuk makan siang. Di ajakin sama yang lain ke kantin."

"Ayo, kebetulan saya juga lagi lapar" sahut Yuna pada suster Rini yang biasanya membantu dirinya.

Yuna pun bangkit dan menghampiri suster Rini yang kini sedang berdiri di depan pintu tengah menunggunya.

Di perjalanan menuju ke kantin, Yuna menajamkan pendengarannya ketika dia tidak sengaja mendengar beberapa percakapan beberapa suster yang tengah membicarakan sesuatu.

"Katanya rumah sakit kita akan kedatangan dokter bedah baru."

"Dokter bedah itu sengaja di pindahkan ke rumah sakit kita karena menurut informasi yang aku dengar dokter bedah itu benar-benar sangat hebat."

"Aku juga mendengar beberapa dokter mengatakan hal yang sama."

"Yang ku dengar dokter bedah itu juga sangat tampan. Wah! Aku tidak sabar melihat dokter bedah itu."

"Kalian tau, dari yang aku dengar bahkan dokter-dokter di sini mengatakan jika dokter bedah itu merupakan anak dari pemilik rumah sakit ini."

"Wah! Menakjubkan."

"Aku semakin tidak sabar melihat bagaimana wajah dari dokter bedah itu."

"Sepertinya gosip di rumah sakit ini beredar dengan cepat ya, dok?"

Yuna langsung mengalihkan tatapan kepada perempuan di sebelahnya. "Jadi, suster Rini juga mengetahui hal ini?"

Suster Rini sontak menganggukan kepalanya cepat. "Saya tidak sengaja mendengar percakapan dokter Agung, kemarin. Dokter tau sendiri, dokter Agung adalah orang kepercayaan dari pemilik rumah sakit kita."

Yuna membenarkan dalam hatinya ketika suster Rini menyebutkan jika dokter Agung adalah orang kepercayaan dari pemilik rumah sakit tempat dirinya bekerja. Jika dokter Agung saja mengatakan itu, berarti memang benar akan ada dokter bedah baru yang akan bekerja di rumah sakit ini. Yuna menjadi penasaran seperti apa rupa dokter bedah tersebut sampai-sampai perawat-perawat itu begitu memuji dokter tersebut.

-bersambung-

MEET AGAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang