Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...----------------------------------
WEDDING PREPARATIONSSeminggu berlalu sejak lamaran yang di lakukan oleh Sakti pada Yuna. Yuna pun sekarang tak lagi tinggal di rumah milik Sakti, dia kembali tinggal di kediaman sang Ayah sampai hari pernikahannya tiba.
Berbicara mengenai pernikahan, kedua belah pihak sepakat jika pernikahan Sakti dan juga Yuna akan diadakan tepat dua bulan setelah lamaran kemaren. Dan sekarang Sakti serta Yuna di sibukkan dengan persiapan pernikahan di sela-sela kesibukan mereka sebagai seorang dokter.
Kabar mengenai pernikahan Sakti dan Yuna pun sudah menyebar seantero rumah sakit tempat mereka bekerja. Entah bagaimana kabar pernikahan mereka bisa terhembus dengan cepat sehingga orang-orang menjadi mengetahui akan berita bahagia tersebut.
Sintia, orang yang dulu begitu mengejar-ngejar Sakti pun tak lagi menunjukkan batang hidungnya di hadapan Yuna. Menurut Yuna, perempuan itu tidak memiliki muka lagi untuk berhadapan dengannya. Alasannya tentu saja karena kepercayaan diri dari perempuan tersebut untuk mendapatkan Sakti dan menjadi menantu sang pemilik rumah sakit telah kandas.
Yuna pun sekarang tidak ingin memikirkan hal-hal lain. Yuna hanya ingin fokus mempersiapkan pernikahannya nanti.
Seperti saat ini contohnya. Sakti dan Yuna yang baru saja pulang bekerja langsung menuju kantor WO yang mereka sewa untuk mempersiapkan pernikahan mereka.
Rasa lelah dan letih yang mereka rasakan tidak berarti sama sekali. Yang mereka pikirkan hanya satu, kelancaran pernikahan mereka nanti.
"Seperti yang sudah kita obrolkan kemaren, kami ingin di hari pernikahan kami nanti semua tamu yang hadir harus menggunakan dress code berwarna putih. Selain itu, karena pernikahan yang kami usung ini adalah semi outdoor, saya harap pihak WO bisa mencari venue yang cocok sesuai dengan tema yang kami inginkan. Untuk selebihnya kami harap kalian bisa mengkoordinasikannya kepada kami berdua."
Ucapan dari Yuna membuat tiga orang yang duduk di depan mereka menganggukan kepala dan mencatat poin-poin yang di ucapkan Yuna tadi.
"Baik. Selanjutnya kami akan mengkoordinasikan kembali kepada ibu serta bapak terkait dengan apa yang kita bicarakan saat ini."
"Terima kasih. Mohon bantuannya ya ..."
"Tentu saja, bu. Kami akan bekerja keras agar pernikahan kalian berdua bisa sesuai dengan keinginan kalian dan tentunya kami akan menjamin kesuksesan acara tersebut."
"Terima kasih."
Setelah selesai dengan urusan WO, Sakti dan Yuna memutuskan untuk pulang.
Di perjalanan, Yuna memilih untuk menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi. Tubuhnya saat ini benar-benar terasa lelah. Apalagi saat di rumah sakit tadi dia melakukan dua operasi sekaligus.
Sakti yang melihat keadaan Yuna yang berada di sebelahnya itu pun langsung mengulurkan tangan sebelah kirinya untuk mengelus kepala Yuna. "Cape banget ya?"
"Hem ..." jawab Yuna dengan mata yang tertutup.
"Tidur aja" ucap Sakti.
"Enggak ah" tolak Yuna.
Satu yang ada di pikiran Sakti ketika mendengar Yuna mengucapkan itu, pasti tidak lama lagi gadisnya itu akan tertidur dengan sendirinya. Sakti pun memilih untuk membiarkannya saja dan kembali fokus dengan kemudinya.
Sampai di kediaman keluarga Mahendra, Sakti langsung menatap ke samping kirinya.
Seulas senyum seketika terlihat di wajah tampan milik Sakti. "Tadi bilangnya enggak, taunya sekarang udah nyenyak banget."
Sakti pun berinisiatif untuk turun lebih dulu dan membawa tubuh Yuna ke dalam gendongannya.
Entah keberuntungan dari mana, secara kebetulan Sakti berpapasan dengan Kevin yang baru saja keluar dari rumah. Jadi, dia tidak perlu bersusah payah untuk membuka pintu rumah tersebut.
"Yuna kenapa?" tanya Kevin yang menghentikan langkahnya.
"Kecapean dan akhirnya ketiduran di mobil" jawab Sakti.
"Langsung bawa aja dia ke kamarnya. Jangan macam-macam, di rumah gak ada Ayah sama mama" ucap Kevin dengan penuh peringatan.
"Tenang aja, palingan cuman satu macam doang."
Dengan senyum penuh kemenangan, Sakti langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Kevin yang melotot ke arahnya karena ucapannya barusan.
Sakti yang sudah berada di kamar milik Yuna pun dengan penuh kehati-hatian meletakkan tubuh Yuna ke atas tempat tidur. Sepatu heels yang melekat di kaki Yuna pun Sakti lepas dan kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh gadisnya.
"Selamat istirahat, sayang."
Cup!
Selepas memberikan kecupan di kening Yuna, Sakti langsung melangkahkan kakinya meninggalkan kamar tersebut.
Sakti yang melihat keberadaan salah satu wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga di rumah ini pun langsung berjalan menghampirinya. "Bi ..."
Wanita yang di panggil "bi" oleh Sakti itu pun menatap terkejut kepada lelaki di depannya. "Iya, den?"
"Saya minta tolong, nanti ketika Yuna sudah bangun tolong buatkan teh hijau untuk dia. Dan jangan lupa ingatin Yuna buat makan" pinta Sakti.
"Baik, den."
"Kalau begitu saya permisi, bi."
"Hati-hati, den Sakti."
Sakti yang mendengar ucapan itu menganggukan kepalanya seraya tersenyum. Setelahnya Sakti pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
Literatura FemininaBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...