Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...----------------------------
SAY, YES!Yuna mengernyit bingung ketika mobil yang di kendarai oleh Sakti melewati jalan yang berlawanan dengan tempat kediaman lelaki itu.
"Sak, bukannya kita mau pulang? Kok jalan yang kamu ambil beda?"
Sakti yang mendengar ucapan itu pun hanya bisa tersenyum. "Aku mau bawa kamu ke suatu tempat."
"Ke mana?"
"Rahasia."
"Oh, jadi sekarang main rahasia-rahasiaan sama aku?"
"Kalau soal ini iya, tapi kalau soal yang lain gak ada satu pun yang aku sembunyiin dari kamu."
Jawaban dari Sakti itu mampu membuat Yuna tersenyum. "Oke, aku percaya."
Setelahnya, tidak ada lagi pembicaraan dari kedua orang tersebut. Namun, salah satu tangan Sakti terulur untuk menggenggam tangan Yuna dan membawanya ke atas pahanya.
Yuna yang melihat itu hanya membiarkannya saja dan menatap sekilas wajah lelaki yang mampu membuatnya ketergantungan tersebut.
Tampan, satu kata yang mewakili perasaan Yuna ketika melihat wajah milik Sakti. Apalagi kemeja bagian tangan lelaki tersebut di naikan sebatas sikunya, sehingga membuat Yuna bisa dengan jelas melihat urat-urat tangan yang muncul kepermukaan.
Dulu, tubuh Sakti tidak seperti ini. Tidak ada tonjolan urat dan juga otot-otot tangan. Tapi sekarang, tubuh lelaki ini benar-benar dambaan setiap perempuan yang melihatnya.
"Kenapa liatin aku terus? Ganteng ya?"
Ucapan dari Sakti membuat Yuna seketika tersadar dari pikirannya terhadap lelaki tersebut. "Kok kamu sekarang berubah banget ya, Sak? Dulu padahal kamu gak gini. Kamu cungkring banget."
"Sekarang ganteng kan? Apalagi badan aku udah bagus, gak cungkring kaya dulu. Aku kaya gini biar kamu semakin susah move on sama aku. Aku cungkring aja kamu susah move on, apalagi sekarang udah gini? Terbukti kan kamu dari dulu gak pernah bisa move on dari aku" goda Sakti.
"Perlu aku ambilin kaca gak? Sok sokan nyebut aku susah move on, padahal kamu juga sama. Mana pas ketemu setelah sekian lama langsung ngajak balikan lagi" cibir Yuna.
"Namanya juga udah cinta banget sama kamu, jadi susahlah move on nya" sahut Sakti.
"Makanya, kalau sesama susah move on gak usah saling ledek" cibir Yuna lagi.
"Iya-iya sayang ku ..." ucap Sakti gemas.
Mendengar kata sayang dari mulut Sakti membuat Yuna seketika tersenyum malu dan langsung mengalihkan tatapannya ke luar kaca.
Sakti yang sempat melihat wajah Yuna itu pun hanya bisa terkekeh. Ah, dia menjadi semakin tidak sabar untuk segera sampai di tempat tujuannya.
*****
Yuna tidak dapat mengalihkan pandangannya ketika melihat hamparan pasir putih yang di depannya terdapat sebuah pantai dengan air yang berwarna biru jernih. Pemandangan ini benar-benar memanjakan matanya.
"Sak, kok kamu bisa nemuin tempat ini?"
Seruan dari Yuna itu membuat Sakti tersenyum. "Aku berusaha keras nyari tempat ini. Bahkan, aku sampai nanya ke beberapa perawat di rumah sakit kita di mana pantai dengan air berwarna biru dan ada hamparan pasir putihnya. Dan aku bersyukur sebagian dari mereka tau tempat ini."
"Pengunjungnya masih pada sepi ya, Sak?"
"Iya, karena hanya sebagian orang aja yang tau mengenai tempat ini."
"Wah, berarti aku termasuk beruntung dong. Makasih ya udah bawa aku ke sini, Sak."
Ucapan Yuna yang terdengar begitu tulus itu membuat Sakti tersenyum. "Sama-sama, Na."
"Aku mau foto-foto di sana ya, Sak."
Setelah mengatakan itu, Yuna langsung berlari meninggalkan Sakti dan berfoto selfie dengan beberapa gaya yang membuat Sakti dari jauh terkekeh karena melihat kelakuan gadis tersebut.
Sakti merasa bahagia karena bisa melihat wajah Yuna yang begitu excited dan penuh tawa. Tidak salah dirinya membawa gadis itu ke tempat ini.
Sakti pun mengambil sebuah benda di kantong celananya. Benda kotak bewarna merah tersebut dia ambil dan dia bawa menuju Yuna yang sedang asyik berfoto sehingga tidak menyadari keberadaannya di belakang gadis tersebut.
"Yuna Prastika Mahendra ..."
Yuna sontak berhenti menggerakkan tubuhnya ketika mendengar suara milik Sakti dari tubuh belakangnya.
Yuna pun berbalik dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Sakti kini tengah berlutut dengan memegang sebuah kotak yang di dalamnya ada sebuah cincin ke arahnya.
Yuna begitu terpaku ketika melihat bagaimana tindakan yang di lakukan Sakti sekarang.
"Na, kamu tau apa impian terbesar di dalam hidup ku?"
"Impian terbesar di dalam hidupku adalah kita bisa terus menjalani kehidupan ini selama-lamanya, sampai kita menua bersama. Entah kamu atau aku yang akan pergi lebih dulu nanti, tapi yang pasti aku berharap agar bisa terus menemani kamu sama aku menutup mata. So, will you marry me, Na?"
Yuna yang mendengar ucapan Sakti merasa syok dan juga berkaca-kaca. Dia benar-benar tidak menyangka jika lelaki itu sekarang tengah melamar dirinya. Letupan kebahagian kini begitu terasa di hatinya. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Yes, i do" jawab Yuna sambil menganggukan kepalanya.
Sakti yang mendengar itu sontak tersenyum dan memasangkan cincin yang berada di dalam kotak merah itu ke jari manis milik Yuna.
Selepas memasangkan cincin tersebut ke jari Yuna, Sakti langsung bangkit dan kemudian memeluk tubuh gadis yang sangat dia cintai itu. "Thanks for saying yes. I love you so much, Na."
"I love you too, Sakti."
Beberapa pengunjung yang melihat lamaran Sakti kepada Yuna itu pun bertepuk tangan. Mereka yang ada di sana turut senang dan juga bahagia atas pasangan tersebut.
Mendengar tepukan dan juga sorakan dari orang-orang yang ada di sana membuat Sakti dan Yuna tersenyum. Yuna pun semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Sakti.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
ChickLitBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...