PART 14

23.1K 1.3K 11
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-----------------------------
KAMU GAK TAU APA-APA!

Yuna melangkah kan kakinya ke dalam rumah dengan perasaan yang senang. Bahkan, senyumnya terus terpatri di wajah cantiknya.

"Pulang bersama siapa kamu?"

Senyum di wajah Yuna seketika berubah menjadi datar ketika mendengar suara yang sangat dia kenal.

Yuna bisa melihat jika orang yang tadi mengajukan pertanyaan kepadanya itu tengah melihatnya dengan tajam. Yuna tidak pernah takut akan tatapan itu. Justru, dia malah memberikan tatapan yang sangat datar kepada orang tersebut. "Itu bukan urusan anda."

"Itu urusan saya, karena saya ayah kamu."

Yuna yang tadi hendak melangkahkan kakinya sontak berhenti dan kemudian mengalihkan kembali tatapannya kepada lelaki paruh baya tersebut. Senyum mengejek Yuna berikan kepada orang di depannya. "Ayah? Jangan membuat saya tertawa terhadap kata-kata anda barusan."

"Anda tau kan definisi seorang ayah itu adalah sosok yang penuh kasih sayang serta mendukung apapun yang dapat mempengaruhi kognitif dan sosial anak? Dari definisi itu saja anda tidak cocok untuk di katakan sebagai seorang ayah. Seharusnya peran ayah itu adalah membentuk karakter anak yang di lakukan sedari kecil agar bisa menjadi pedoman bagaimana cara bersikap di kemudian hari. Tapi, sejak kecil pun saya tidak pernah merasakan bagaimana peran anda di hidup saya. Jadi, jangan mudah mengatakan jika anda adalah seorang ayah. Yang namanya seorang ayah, tidak akan pernah menelantarkan anaknya."

Setelah mengatakan itu, Yuna langsung melangkahkan kakinya meninggalkan lelaki paruh baya yang terdiam karena ucapannya barusan.

Tanpa kedua orang itu sadari, ada empat pasang mata yang memandang pasangan ayah dan anak itu dengan tatapan yang sendu.

*****

Setiap kali dia pulang ke rumah ini, setiap kali juga dia harus berdebat dengan orang yang sama.

Rasa lelah bukan hanya Yuna rasakan pada tubuhnya saja, tapi hatinya pun juga.

Setiap kali di jatuhkan pada kenyataan jika lelaki itu adalah ayah kandungnya membuat Yuna benar-benar di jatuhkan ke sebuah jurang. Jika saja dia bisa memilih orang tua mana yang melahirkan dan menghadirkan dia, mungkin itu sudah sejak lama dia lakukan. Tapi dia bisa apa? Untuk memilih saja dia tidak bisa. Keberadaan orang tuanya benar-benar tidak berarti apa-apa di hidupnya. Bahkan, untuk menimbulkan kesan yang baik saja tidak pernah mereka lakukan. Yang mereka lakukan hanya memberikan dia sebuah luka yang sangat dalam dan sulit sembuh.

"Huft ...."

Tok! Tok! Tok!

Yuna seketika mengalihkan tatapannya ke arah pintu dan kemudian bangkit dari duduknya.

Ceklek!

"Kenapa?" tanya Yuna langsung kepada pelaku pengetokan kamarnya.

"Bisa kita bicara?"

Mendengar ucapan dari kakak tirinya itu, langsung membuat Yuna menganggukan kepalanya. "Di sini aja."

"Aku gak tau apa permasalahan kamu dan juga Ayah. Tapi, apa kamu bisa sedikit saja memaafkan kesalahan ayah? Tanpa kamu tau, ayah juga menyadari kesalahannya terhadap kamu. Ayah juga terluka. Aku waktu itu tanpa sengaja pernah mendengar ayah menangisi kamu. Dia menyesal atas apa yang pernah dia lakukan kepada kamu, Yuna."

Yuna? Dia hanya menatap datar pada lelaki di depannya itu. "Kamu gak tau apa-apa tentang hidupku. Kamu gak tau seberapa banyak luka dan air mata yang dia berikan ke aku. Kalau aja aku gak bertahan, mungkin kamu sudah tidak melihat keberadaan ku di depan kamu sekarang. Jadi, lebih baik kamu diam."

Brak!

Tutupan pintu yang keras dari Yuna membuat Kevin yang berada tepat di depan pintu tersebut sontak menutupkan kedua matanya.

Mendengar ucapan Yuna tadi membuat Kevin seketika terpaku.

"Kalau aja aku gak bertahan, mungkin kamu sudah tidak melihat keberadaan ku di depan kamu sekarang."

"Yuna? Apa dia hampir menyerah?" lirih Kevin.

*****

Yuna menarik nafasnya begitu kasar setelah menutup pintu kamarnya. Dia hanya merasa jengah terhadap orang-orang yang menyuruhnya untuk memaafkan orang yang telah memberikannya banyak luka begitu dalam. Apa dengan memaafkan orang itu semua luka yang ada di hatinya akan sembuh? Apa semua momen yang dia lewatkan dulu akan kembali? Apa orang yang di sayanginya akan kembali lagi?

"Mereka gak tau apa-apa tentang hidupku. Aku yang menjalani semua ini. Mereka gak berhak untuk menyuruhku ini dan itu."

-bersambung-

MEET AGAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang