PART 31

20.8K 1.1K 6
                                        

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

------------------------------
MENYESAL KAH?

Suasana di meja makan terlihat begitu canggung. Bahkan, rasanya Yuna ingin segera mengakhiri makan siangnya ini.

"Mama senang deh, ayah udah mau makan lagi."

Ucapan dari mama Susan itu membuat Yuna yang semula fokus kepada makanannya berubah menjadi menatap wanita paruh baya tersebut.

"Pasti karena ada Yuna kan di sini? Kalau kangen itu bilang" lanjut mama Susan dengan tersenyum penuh arti pada sang suami.

Uhuk! Uhuk!

"Yah, pelan-pelan dong makannya. Jadi, keselek kan."

Mendengar teguran dari istrinya, membuat Mahendra dengan cepat mengambil gelas yang berisi air putih untuk dia minum.

"Ma, jangan berbicara saat sedang makan seperti ini" ucap Mahendra dengan wajah datarnya.

"Oke" angguk mama Susan dengan tersenyum menggoda kepada suaminya.

Setelahnya, keempat orang yang berada di meja tersebut melanjutkan kembali makan siang mereka sampai selesai.

*****

Dan, di sinilah Yuna harus terjebak ke dalam suasana yang membuatnya menjadi begitu awkward karena harus duduk bersampingan bersama sang ayah, sedangkan mama Susan dan Kevin duduk di seberang mereka.

"Oh iya, tadi kamu ke sini sama siapa sayang?" tanya mama Susan.

"Sama Sakti, ma" jawab Yuna dengan tersenyum kecil.

"Loh? Kok dia gak ikutan masuk ke sini sih pas nganterin kamu?" bingung mama Susan.

"Awalnya Sakti emang mau nemenin aku ke sini, cuman karena ada panggilan darurat dari rumah sakit makanya Sakti cuman nganter aku aja" jelas Yuna.

Mama Susan yang mendengar itu pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Padahal mama pengen banget ketemu sama Sakti, pengen ngobrol-ngobrol. Mama perhatiin Sakti itu orangnya baik, bertanggung jawab dan juga kelihatan sayang banget sama kamu. Dan yang paling penting, dia kelihatan menjaga kamu."

"Dari dulu, Sakti emang kaya gitu orangnya. Saking baiknya Sakti sama semua orang, aku sampai takut kalau kebaikan yang dia lakuin malah membuat orang lain memiliki niat jahat sama dia. Bahkan, aku dulu takut banget kalau ada perempuan lain yang bakal ngerebut Sakti dari aku" ucap Yuna dengan senyuman yang terlihat di wajahnya.

Mahendra yang melihat bagaimana anaknya itu menceritakan seorang laki-laki lain, apalagi dengan senyuman di wajah cantiknya tersebut, membuat dirinya merasa iri. Kapan dia bisa di ceritakan seperti itu oleh anaknya sendiri?

"Kayanya kalau mama jadi kamu, mama juga bakalan ngelakuin hal yang sama" sahut mama Susan.

Tatapan mama Susan pun tanpa sengaja menatap ke arah jari manis milik Yuna yang di lingkari sebuah cincin. Mama Susan yang melihat itu pun tersenyum menggoda menatap anaknya. "Kok, mama baru lihat cincin di jari manis kamu? Bukannya kamu gak pernah pake cincin? Jangan-jangan itu dari Sakti? Sakti ngelamar kamu?"

Yuna tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Iya, ma. Cincin ini dari Sakti. Sakti ngelamar aku."

Perkataan tersebut sontak membuat Mahendra, Mama Susan dan Kevin terkejut bukan main. Namun, di satu sisi mereka merasa senang karena ada seseorang yang begitu mencintai Yuna dan bisa melindungi Yuna dengan baik.

"Selamat sayang. Mama benar-benar senang mendengarnya" ucap mama Susan tersenyum haru.

"Selamat, dek" sahut Kevin dengan senyuman di wajahnya.

"Makasih, ma. Makasih, kak" ucap Yuna dengan balas tersenyum.

Mama Susan pun mengerutkan keningnya ketika mendengar panggilan baru dari kedua anaknya. "Tunggu!Tunggu! Kalian barusan manggil apa? Adek? Kakak? Mama gak salah dengar kan?"

"Mama gak salah dengar kok" sahut Kevin.

"What! Mama kayanya ketinggalan sesuatu yang penting. Tapi mama senang karena kalian berdua jadi akur kaya gini" ucap mama Susan lembut.

"Aku sama kak Kevin mau menjalin hubungan persaudaran yang baik, ma. Makanya, kami berdua mengubah panggilan kami menjadi kakak dan juga adek" jelas Yuna.

"Mama hari ini benar-benar merasa bahagia. Pertama, Yuna udah di lamar sama Sakti. Dan kedua, anak-anak mama akhirnya akur seperti ini. Mama pengen nangis rasanya" ucap mama Susan haru.

"Jangan nangis dong, ma. Katanya bahagia. Kalau bahagia harus senyum" sahut Kevin.

"Betul apa yang di ucapkan kak Kevin, ma" timpal Yuna.

"Baiklah anak-anak mama. Mama gak bakalan nangis kalau gitu" ucap mama Susan dengan senyuman di wajahnya.

Melihat kedekatan antara istrinya dan juga anaknya, membuat Mahendra lagi-lagi merasa iri. Dia juga ingin berada di posisi itu. Namun, dia sadar atas apa yang di lakukannya dulu kepada Yuna. Mahendra hanya bisa menatap ketiga orang tersebut dengan tatapan yang sendu. Dan tanpa Mahendra sadari, tatapan sendunya itu di lihat oleh Yuna.

"Bagaimana Ayah? Bagaimana rasanya ketika kehadiran kita tidak di anggap oleh orang lain? Itu yang aku rasakan dulu. Jadi, selamat menikmati rasa penyesalan itu."

-bersambung-


MEET AGAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang